Mohon tunggu...
Juanda Astarani
Juanda Astarani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Logika dan Rasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Covid-19 dan Pemindahan Ibu Kota Indonesia

25 Maret 2020   21:47 Diperbarui: 26 Maret 2020   15:46 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandemi Covid 19 yang terjadi saat ini memaksa banyak profesi untuk bekerja dirumah. Hal ini sebenarnya dapat menjadi evaluasi bagi semua pihak tentang berbagai pekerjaan yang sejatinya tidak perlu dilakukan dikantor, tetapi cukup dengan dirumah. 

Seringkali seorang pegawai datang pagi-pagi ke kantor untuk memberikan laporan pekerjaannya dan sesampaianya dikantor, atasannya meminta agar laporannya dikirim melalui surel. Hal seperti ini cukup sering ditemui dimana banyak orang hadir dikantor hanya untuk saling berkirim surel.

Pandemi Covid 19 ini juga membuat proses belajar mengajar di sekolah dan perguruan tinggi juga dipaksa untuk dilakukan di rumah.

Hal ini membuat terjadinya kesadaran massal bahwa  terdapat banyak proses yang dapat dilakukan secara daring. Kita juga menyadari perlunya perbaikan mekanisme-mekanisme pengendalian sehingga proses daring tidaklah mengurangi kualitas dari proses yang dilakukan di Kantor, Sekolah, atau Perguruan Tinggi.

Pada dasarnya dengan membuat beberapa pekerjaan dan proses belajar mengajar menjadi daring akan menyebabkan terjadinya penghematan biaya transportasi dan tentu saja akan berdampak pada berkurangnya penggunaan  bahan bakar dan pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat pencemaran. 

Selain itu biaya pembangunan infrastruktur digital dan sarana prasarananya jauh lebih murah dibandingkan dengan pembangunan  infrastruktur transportasi/jalan serta penyediaan sarana prasarananya.

Memang tidaklah mudah untuk mengubah budaya kerja dan budaya belajar mengajar. Seringkali persepsi tentang sangat diperlukannya kehadiran fisik untuk memudahkan pengendalian lah yang menjadi penghambat perubahan budaya kerja dan budaya belajar mengajar. 

Seringkali seseorang sulit untuk dapat berkomitmen untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya jika tidak ada orang lain yang mengawasinya secara langsung dan seorang pengawas memiliki persepsi bahwa kehadiran fisiklah yang menjadi indikator utama pengawasan pekerja.

Indikator kehadiran fisik inilah yang sangat kentara di Indonesia, dan seringkali kehadiran fisik menjadi lebih utama dari pada output yang dihasilkan oleh seseorang. 

Di sektor pemerintah misalnya, seringkali karena sulitnya menentukan output indikator kinerja seseorang, maka kehadiran fisiklah yang menjadi ukuran. 

Selain itu layanan yang manual menyebabkan kehadiran fisik juga mutlak diperlukan. Hal ini tentu saja menjadi salah satu penghambat perubahan budaya kerja atau budaya belajar mengajar dari konvensional menjadi daring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun