Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelecehan dan Pemerkosaaan, Apakah Hanya Wanita sebagai Korban?

10 Juli 2022   11:05 Diperbarui: 10 Juli 2022   11:06 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pantau.com (hasil screeschoot pribadi)

Apa yang anda pikirkan kalau lelaki dilecehkan, diperkosa oleh lawan jenis? Kalian percaya tidak ? nah, ini yang menjadi pemikiran saya saat membaca konteks suatu artikel seorang remaja diperkosa oleh seorang biduan dan akhirnya lapor polisi. Komen-komen para netijen Indonesia cenderung sadis sih. Mereka malah menyalahkan pihak remaja yang tidak tahu bagaimana cara untuk menikmati sehingga laporpadahal suka sama suka.

Dari situ saya berpikir, bahwa masyarakat Indonesia itu masyarakat yang sangat patriakhi sekali. Karena budaya patriakhi yang begitu kental, maka dalam benak masyarakat, yang namanya kekerasan pasti dialami oleh wanita, yang namanya pelecehan itu pasti korbannya wanita, bahkan kasus KDRT juga pasti yang menjadi korban adalah wanita. 

Hmmmm, pasti netijen Indonesia tidak akan percaya kalau Johny Depp itu korban KDRT saat masih menikah dengan Amber. Masyarakat menganggap bahwa wanita itu pihak yang lemah dan pihak lelaki yang kuat. Sungguh sangat memalukan jika sebagai pihak yang dianggap kuat, maka mereka mengatakan diri mereka menjadi korban.

Kemudian saya browsing-browsing internet kasus yang serupa di Amerika dan di Australia dan boom, ada banyak kasus pelecehan yang berakhir di penjara. Kebetulan beberapa kasus yang saya baca adalah kasus seorang guru (wanita) yang melakukan hubungan seksual dengan murid lelaki di sekolahnya dan akhirnya berakhir di penjara. 

Mari kita abaikan masalah latar belakang dari kasus tersebut tapi fokus pada apa yang terjadi. Para wanita yang menjadi guru ini, dianggap sudah bagian dari masyarakat dewasa. 

Sementara itu para murid adalah siswa setingkat SMA yang tentu saja dianggap sebagai anak-anak. Artinya terjadi pelecehan seksual dari wanita dewasa kepada lelaki muda.

Di Amerika yang menjunjung kesetaraan dan hukum, dengan segera hal ini langsung diproses dan berakhir dengan hukuman penjara kepada guru (wanita) itu karena terbukti melakukan pelecehan. 

Pasti akan ada pertanyaan, bukankah itu pasti terjadi suka sama suka. Nah ini dia, dalam pemikiran saya, anak-anak masih memerlukan bimbingan, belum tahu pasti mana yang benar dan mana yang tidak. mereka membutuhkan bimbingan orang dewasa. Secara fisik memang anak remaja itu terlihat besar, tapi secara mental mereka masih dalam tahap mencari identitas dan mencari jati diri sehingga pikirannya masih labil . hal ini bisa dimanfaatkan oleh orang dewasa yang sudah banyak pengalaman hidup.

Di Indonesia, kita di hadapkan pada paradigma bahwa kucing tidak akan menolak diberi dendeng atau ikan. Lelaki dianggap seperti kucing yang kalau disodori kesenangan seksual dari lawan jenis pasti akan diterima karena dianggap sebagai rezeki yang tidak mungkin ditolak. 

Lelaki yang menolak rezeki ini dianggap sebagai lelaki yang bodoh dan tidak dapat memanfaatkan situasi yang ada. Konteks disini tidak melihat usia, artinya mau usia muda, dan dewasa kalau diberi "dendeng" maka pasti menerima. Jika tidak menerima, maka lelaki bisa dianggap sebagai lelaki yang mungkin ada gangguan secara seksual sehingga menolak hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun