Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review "Pulau Plastik", Masalah Lingkungan Akut yang Perlu Kita Perhatikan

9 Juli 2021   09:40 Diperbarui: 10 Juli 2021   12:03 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Pulau Plastik. (sumber: Visinema Pictures via kompas.com)

Pabrik/ perusahaan (apa ya istilahnya , lupa aku) yang mendatangkan impor ini cukup tertutup dalam memberikan data, namun diketahui kala plastik-plastiknya dibuang keluar. 

Ada yang memanfaatkan juga sih, namun dengan dipilih-pilih, untuk bahan bakar pembuatan tahu yang banyak di area tersebut. Tapi tetap saja, hal itu mengakibatkan polusi udara yang besar dan racun yang tersebar kemana-mana.

Melihat film ini, semakin menguatkan diri bahwa penanganan plastik memang sangat susah dan membutuhkan dana yang cukup besar. Jika negara besar saja tidak mau atau enggan mengolah sampah plastik ini , apalagi negara berkembang? Namun, berhenti menggunakan plastik apakah itu mungkin?

Film yang disutradari oleh Dandhy Laksono dan Rahung Nasution ini focus pada bahaya plastik dan anjuran untuk tidak menggunakan plastik dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam batas-batas tertentu saja setuju dengan itu, namun anti dengan Plastik adalah sesuatu yang bisa dibilang mustahil. Menyarankan untuk selalu makan di rumah, atau membawa makanan di rumah, ok, tapi dengan selalu melakukan itu tiap hari? 

Sepertinya mustahil. Menggunakan tas kain untuk berbelanja, tapi selalu ingat menggunakan tas kain? Sepertinya itu susah.

Saya pribadi sangat sering menolak penggunaan tas plastik untuk pembelian tertentu di swalayan dan sebisa mungkin saya masukkan ke dalam tas. 

Tapi ada saat-saat tertentu dimana memang saya butuh tas plastik, missal karena lupa bawa atau belanja yang terlalu banyak atau apapun. Saya lebih realistis bahwa yang bisa saya lakukan dan saya sarankan ke masyarakat adalah mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari.

Saya melihat sungai-sungai yang menjadi contoh film ini (kebetulan yang menjadi contoh adalah sungai sungai di sekitar Surabaya, tempat saya tinggal). Begitu bnyak sampah, termasuk diantaranya popok bayi. 

Banyak yang memiliki keyakinan bahwa popok bayi lebih baik tidak dibakar karena ada mitos-mitos tertentu. Lebih baik popok bayi dibuang ke sungai, padahal popok bayi ini sukar untuk hancur di alam, akibatnya justru menjadi sampah di sungai itu. 

Tahu sendiri kan, kalau terlalu banyak sampah,otomatis akan mengendap ke dasar sungai atau menutupi aliran sungai. Dalam jangka panjang bisa menyebabkan terjadinya banjir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun