Mohon tunggu...
Euella Thaline
Euella Thaline Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Tiada Henti

Karena setiap detik yang kita miliki tidak akan pernah kita ulangi lagi. Memilih bijak menggunakan waktu adalah pilihan yang tepat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Beredarnya Surat Cinta Menteri Keuangan

28 September 2017   00:06 Diperbarui: 28 September 2017   07:34 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ibarat dalam sebuah hubungan pacaran, adalah hal yang wajar ketika seorang pria mengirimkan surat cinta kepada sang kekasih hati, demikian sebaliknya. Namun kondisi ini akan berbeda ketika surat ini diketahui oleh orang lain. Ada hal-hal yang mungkin sifatnya privasi yang ditujukan kepada sang kekasih hati, dimana ketika hal ini tersebar ke orang lain dapat membuat sang pengirim surat ataupun penerima surat menjadi tidak nyaman. Ketika curahan hati yang disampaikan dalam surat tersebut diketahui oleh banyak orang, bisa jadi menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda yang mungkin tidak sesuai dengan tujuan sang penulis surat. Dan kondisi ini pasti akan memicu suatu fenomena baru.

Hal yang hampir sama terjadi dengan kondisi yang saat ini sedang hangat dibahas di sosial media, ketika beredarnya surat Menteri Keuangan No. S-781.MK.08/2017 tanggal 19 September 2017 yang ditujukan kepada Menteri Energi & Sumber Daya Mineral dan Menteri Badan Usaha Milik Negara terkait perkembangan risiko keuangan negara atas penugasan infrastruktur ketenagalistrikan. Terlepas kenapa surat ini beredar dan siapa yang mengedarkan, kita tidak bisa pungkiri peredaran informasi ini cukup signifikan cepat dan menjadi perhatian.

Kondisi ini menjadi topik yang akhirnya dibicarakan, terlepas dari latar belakang tersebarnya surat ini dan pihak-pihak yang terlibat maupun isu politisasi yang mungkin tersirat semakin memicu hangatnya pembahasan. Namun, pada akhirnya kondisi ini menimbulkan sebuah kekuatiran sebagian besar orang khususnya internal PLN terhadap kondisi PLN di masa yang akan datang.

Namun, sisi menariknya, kondisi ini ditanggapi oleh PLN sebagai sebuah bentuk perhatian pemerintah terhadap PLN sebagai perusahaan yang mempunyai posisi yang sangat strategis bagi pembangunan perekonomian.

Beberapa hal upaya yang telah dilakukan PLN sesuai dengan jawaban PLN terhadap surat Menteri Keuangan soal kondisi keuangan perseroan, dikutip dari m.kumparan.com sebagai berikut:

  • Rasio elektrifikasi saat ini mencapai 92,8%
  • Penambahan kapasitas pembangkitan 2014-2016 sebesar 7701 MW
  • Penambahan transmisi tahun 2014-2016 sebesar 6800 KMS
  • Penambahan gardu induk sebesar 10.025 MVA
  • Penggunaan bahan bakar minyak dalam komposisi produksi tenaga listrik menurun dari 11,4% pada tahun 2014 menjadi 5,8% pada tahun 2017
  • Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik telah menurun dari Rp. 1.419/kWh pada tahun 2014 menjadi Rp. 1.303/kWh pada tahun 2017

Kondisi ini menunjukkan ada hal-hal besar yang telah diupayakan dan yang sedang diupayakan oleh PLN. Ini bukan kondisi yang bisa dicapai secara instan, dibutuhkan kerja keras dan pastinya dukungan dari berbagai pihak.

Semoga kondisi ini menjadi perhatian dan pengingat yang mengajak kita perduli, berkontribusi dan bekerjasama untuk sebuah tujuan yang lebih baik, tujuan mulia untuk melistriki nusantara. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan yang dapat kita mulai dari diri sendiri, baik dari eksternal PLN maupun dari pihak internal PLN sendiri.

Sebagai bagian dari internal PLN, mari berkontribusi dari diri sendiri, perduli dan melakukan efisiensi yang mungkin bisa dilakukan dari segala sisi yang dikerjakan, berkontribusi memberikan ide-ide penyelesaian permasalahan yang di hadapai dalam pekerjaan, berkontribusi dalam mewujudkan PLN yang berintegritas dan bersih, dan banyak hal yang bisa dilakukan daripada mengkhawatirkan kondisi-kondisi di masa depan yang belum tentu terjadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun