Mohon tunggu...
Juliansyah Rizal
Juliansyah Rizal Mohon Tunggu... Penulis - Jusyahriz (www.jusyahriz.com)

Hanya sekedar Pemburu kata / Digital Nomaden / Freelance Writer / The Shiny Idea Chaser/ jusyahriz13@gmail.com/ /"semua artikel Jusyahriz dilindungi Undang-Undang, hubungi penulis untuk monetisasi dan lainnya"/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Agar Pasar Rakyat Hidup Hingga Akhir Hayat

27 Januari 2017   18:58 Diperbarui: 27 Januari 2017   19:11 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.balikpapantoday.net/

Berkunjung ke pasar tradisional selalu punya kenangan tersendiri, ada nuansa berbeda yang terjadi, terlepas dari bersih tidaknya lingkungan pasar. Disanalah pertemuan multikultural terjadi,  hiruk pikuk logat bahasa yang terlontar, teriakan lantang menjajakan dagangan, hingga naik-turunnya proses tawar menawar yang membuat gaduh suasana pasar.

Pasar Rakyat vs Pasar Modern

Memang sulit dipahami mengapa pasar tradisional bisa terasosiasi, jika ditelaah tradisional itu punya beberapa ciri khas, misalnya kemasannya tradisional, penjualnya berbahasa lokal, transaksinya ada tawar menawar dan kondisi tempat jualnya juga sederhana. Sebaliknya, meskipun saat ini ada namanya pasar modern, bukan berarti ia dinamakan tradisional, tidak juga. Di mesin penulusuran, pasar rakyat memiliki sinonim arti yang tak jauh berbeda dengan pasar tradisional, karena aktivitasnya sama-sama bernuansa rakyat.

Beberapa alasan orang senang ke pasar rakyat karena memang harganya yang miring dan terjangkau, biar pun pasar itu dibilang kotor orang pasti tetap akan datang, tak peduli bagaimana kondisinya, karena barang yang dicari memang sudah jadi kebutuhan pokok dan punya harga miring.

Meskipun saat ini era pasar bebas merajalela, eksistensi pasar rakyat tetap mampu memberikan nilai berbeda bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Padahal, jumlah pembelinya mulai berkurang. Tak perlu muluk, coba perhatikan mengapa sejauh ini pasar rakyat tetap bertahan, apa karena pelakunya? Tidak juga, tanpa keterlibatan penjual dan pembeli pasar rakyat tidak akan bisa bertahan. Keduanya memiliki hubungan timbal balik, penjual tak akan bertahan tanpa pembeli, begitupun sebaliknya.  

Kendala eksistensi pasar rakyat terletak pada 2 (dua) hal, dari sisi pasar dan dari sisi pembeli, jika diulas dari sisi pasar biasanya keluhan dari para pembeli itu tak lepas dari kesan semrawutnya penjual dalam menempati kios, tidak rapi dagangannya dan tidak bersih tempatnya. Dengan kondisi tersebut, akhirnya pembeli lebih memilih pasar modern, selain kondisi pasarnya yang rapi, penyajiannya juga higienis dan inilah alasan yang membuat beberapa pembeli lebih memilih pasar modern. Kedua, pembeli menginginkan belanja dengan kondisi yang nyaman, sehingga tak jaran pasar modern jadi solusinya.

Padahal jika dicermati, pasar rakyat itu punya nilai positif bagi pembeli, karena pada dasarnya yang diinginkan oleh pembeli itu adalah kebutuhan primer seperti bahan pangan atau kebutuhan pokok lainnya. Kalau pilihannya ingin belanja hemat, pasti pasar rakyat jadi jawabannya, mengapa? Jawaban yang dominan tentu pasti karena harganya yang sangat terjangkau, kadang selisih harganya sangat jauh dengan harga yang di pasar modern, belum lagi banyak diskon yang diberikan (dengan proses tawar-menawar berkali-kali). Dengan harga yang terjangkau tersebut pembeli dapat menganggarkan kebutuhan lain.

Sisi positif lainnya, pasar rakyat itu punya dagangannya yang asli dibuat dengan kemasan tradisional dan sederhana, coba lihat cara penyajian kue tradisional yang merakyat, seperti lemper. Lemper yang dibungkus plastik punya rasa yang berbeda dengan bungkusan daun pisang. Inilah yang menjadi alasan pasar rakyat itu punya nilai positif melalui kemasan produknya.

Selain itu, Pasar Rakyat merupakan arus pertemuan budaya plural, adanya bahasa lokal yang digunakan pedagang, pakaian yang dikenakan hingga proses negosiasi jual-beli dagangan yang kental dengan budaya local menjadi ciri khas dari Pasar Rakyat. Disadari atau tidak, disini sebetulnya telah terjadi transfer pembalajaran budaya antar penjual-pembeli maupun sebaliknya. Bandingkan dengan pasar modern, tidak ada percakapan dalam logat local bahkan harga tidak akan bisa ditawar rendah.  

Bagaimana peran kita untuk mendukung eksistensi pasar rakyat?

Pasar Rakyat merupakan pusat pertemuan budaya lokal maupun multikultural, sekarang lambat tapi pasti pasar rakyat dapat semakin tertinggal, bukan karena tidak mengikuti perkembangan zaman, lalu apa yang keliru?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun