Mohon tunggu...
Juliansyah Rizal
Juliansyah Rizal Mohon Tunggu... Penulis - Jusyahriz (www.jusyahriz.com)

Hanya sekedar Pemburu kata / Digital Nomaden / Freelance Writer / The Shiny Idea Chaser/ jusyahriz13@gmail.com/ /"semua artikel Jusyahriz dilindungi Undang-Undang, hubungi penulis untuk monetisasi dan lainnya"/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mewarnai, Terapi Relaksasi yang Berbuah Imajinasi

23 Agustus 2017   17:13 Diperbarui: 23 Agustus 2017   19:25 1812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedikit aneh rasanya jika relaksasi itu bisa dilakukan dengan mewarnai, justru aktivitas inilah yang membuat pengalaman saya berbeda. Saat jenuh atau suntuk dengan kegiatan yang saya lakukan sehari-hari, saya coba mengambil pensil warna seperti faber castell ataupun pena, dengan kertas kosong yang tak ada isinya, pensil pun saya gerakkan, entah kemana pensil itu menari jelas saya tak tahu, karena jujur saya memang tidak memiliki bakat menggambar maupun mewarnai.

Biasanya saat coba menggambar, selalu saya utamakan pemandangan gunung, entah kenapa memilih gambar itu, mungkin karena gambar ini satu-satunya yang mudah saya buat.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Gambar yang saya buat diatas memang konsep pegunungan umum, banyak yang bisa membuat, namun bagi saya gambar itu tetap bermakna jika diwarnai dengan imajinasi tinggi.

Sesaat gambar pemandangan gunung yang saya buat telah jadi, tapi tentunya masih ada proses mewarnai yang harus dilalui, karena sebuah gambar tanpa warna tentu seperti masakan tanpa garam, tak berwarna maka gambar itu terlihat tak hidup.  

Saya berani mengatakan mewarnai adalah sebuah terapi relaksasi, hal ini dirasakan pada saat gambar yang kosong itu saya warnai, jenuh ataupun penat itu pelan-pelan terasa hilang, entah bagaimana hilangnya saya juga tidak tahu, karena rasa jenuh dan cemas itu hilang saat mulai fokus dan memilih warna.

Gerakan tangan saya terus menari-nari diatas kertas,  pelan tapi pasti pikiran saya pun mulai membayangkan warna yang akan digunakan pada gambar itu, semakin asik dan larut dalam mewarnai, seolah membawa ke suatu waktu ketika saya tidak lagi merasakan tekanan ataupun beban pikiran yang penat, semuanya terasa ringan dan tenang.

Usut punya usut, mewarnai ternyata punya fakta yang mengejutkan.  Dilansir dari huffingtonpost.com, aktifitas mewarnai merupakan obat untuk kesehatan emosional dan mental, terutama bagi orang yang memiliki gangguan obsesif-kompulsif (kecemasan tinggi),  gangguan kecemasan, gangguan stress, depresi dan lainnya, wajar saja saya merasakan ketenangan saat mewarnai dilakukan. Selain itu, percaya atau tidak,  mewarnai juga memiliki manfaat intelektual, antara lain bisa membantu meningkatkan fokus dan konsentrasi, sekaligus membantu otak dalam pemecahan masalah dan keterampilan organisasi.

Diawali Relaksasi baru Imajinasi

Dengan mewarnai, ada banyak imajinasi yang muncul, entah dirasakan ataupun tidak, aktivitas itu seolah-olah mengajak ke alam bawah sadar. Saat itulah imajinasi timbul,  gunung yang biasanya saya warnai dengan hijau, saya justru memberinya warna cokelat bahkan abu-abu, gambar ini memang bukan kontes sehingga saya tak perlu kuatir jika ditanya mengapa memilih warna selain hijau. Sebagian orang mungkin bilang itu aneh, tapi  tidak bagi saya. Inilah yang saya sebut sebagai imajinasi, mewarnai membuat saya tidak terpaku pada hal umumnya yang berlaku, justru berusaha melihat dari sisi yang berbeda dan menyenangkan. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ketenangan dan konsentrasi yang dibutuhkan saat mewarnai justru membuat kita berpikir out of box (menemukan hal baru) dan melatih keseimbangan dengan pilihan warna yang beragam, bahkan pikiran negatif pun akan diganti dengan yang positif dan menyenangkan saat mewarnai.

Gambar yang saya buat tak lain sebatas pemandangan gunung, rumah dan sawah. meski sederhana tapi ada nuansa berbeda, selama ini kebanyakan orang jika mewarnai gunung pasti tak lepas dari warna hijau, mengapa? Karena hijau itu warna dedaunan pohon yang rimbun dan tampak dari kejauhan, akhirnya sebagian orang selalu beranggapan semua gunung tampak hijau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun