Mohon tunggu...
Jufrianto Siahaan
Jufrianto Siahaan Mohon Tunggu... Buruh - Selamat membaca Catatan Harian saya.

Pengendara motor yang tak pernah menginjak rem untuk kelajuan ide yang muncul sepanjang perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dari Modif Helm sampai Pasang Exhaust, Ini Alternatif Solusi untuk Perokok

2 Oktober 2019   15:51 Diperbarui: 2 Oktober 2019   18:38 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: IG @BudayaDisiplin

Solusi Konkret: Sinergi dengan Seluruh Pemangku Kepentingan
Dalam pandangan saya pengendara sepeda motor, menekan angka perokok tidak bisa ditempuh dengan menaikkan cukai rokok. Menekan angka perokok itu seharusnya dengan menghilangkan rokok itu sendiri. Paling-paling, terjadi peralihan aktivitas saja.

Dari penghisap rokok, menjadi penghisap darah, mungkin. Seperti halnya jika ingin menekan angka pemain bola, ya cukup dengan menghilangkan bolanya. Paling tidak, aktivitasnya akan beralih menjadi: sepak-sepakan antarpemain.

Berbicara soal merokok sambil berkendara, sesungguhnya para perokok jalan raya ini tidak boleh mengendarai sepeda motor. Mereka seharusnya mengendarai mobil! 

Memang sih, belum ada kipas pembuang udara (exhaust fan) dan penutup jok tahan api. Tapi paling tidak, mobil sudah memiliki fasilitas pemantik api dan kompartemen yang bisa difungsikan sebagai asbak.

Sementara, sepeda motor itu dari awal memang tidak dirancang untuk perokok. Tidak ada fitur pemantik api. Tidak ada asbak. Tapi mau bagaimana lagi. Harga mobil itu masih relatif mahal. 

Sementara kebutuhan akan alat transportasi pribadi relatif tinggi. Ya jangan heran jika kemudian pengemudi sepeda motor tetap dapat merokok. Karena mereka membawa pemantik api sendiri. Asbaknya? Ya, sepanjang jalanan yang mereka lintasi itu.

Bagaimanapun, menghentikan suatu aktivitas yang telah menjadi kebiasaan itu memang tidak mudah. Merokok sambil berkendara pun tidak serta merta dapat dieliminir hanya dengan suatu peringatan: "Dilarang merokok sambil berkendara". Harus ada sinergi antara seluruh pemangku kepentingan.

Kalau rokok dilarang, maka pemerintah harus bertanggung jawab mencarikan substitusi komoditas yang ekuivalen dengan tembakau. Begitu pun juga, kalau aktivitas menghisap rokok dilarang, maka pemerintah harus bertanggung jawab mencarikan alternatif yang nikmat hisapannya setara dengan tembakau.

Kalaupun rokok itu sudah sedemikian tak terbendung, saya sih berharap di masa mendatang banyak inovasi bermunculan dari pabrikan sepeda motor, pabrikan mobil, perusahaan rokok, bahkan produsen helm.

Barangkali akan sangat bertanggung jawab apabila produsen sepeda motor menyiapkan fitur asbak tertutup di sekitar stang atau spedometer. Ini supaya butiran bara api dan abunya tak terhempas kemana-mana dan membahayakan pengguna jalan raya.

Selain itu, agar dibedakan juga harga jual sepeda motor bagi perokok dan nonperokok. Ya, semacam opsi transmisi manual dan matik pada jenis mobil. Tentunya, harga jual untuk sepeda motor perokok harus lebih mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun