Mohon tunggu...
Yulius Sugiharto
Yulius Sugiharto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Writer.

Gemar menulis. Hobi baca.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Alasan di Balik Pendiri WhatsApp Mundur dari Kursi Direksi Facebook

1 Mei 2018   07:05 Diperbarui: 2 Mei 2018   19:46 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pendiri WhatsApp Jan Koum (kanan). Foto: CNN.com

Salah satu pendiri WhatsApp Jan Koum mengundurkan dirinya dari jajaran direksi Facebook usai skandal Cambridge Analytica yang belakangan mengejutkan publik.

Sejak awal, Jan Koum menciptakan dan mengembangkan program aplikasi kirim pesan WhatsApp berlandaskan komitmen bebas dari iklan dan eksploitasi yang menganggu privasi dan kenyamanan. Karena itulah yang diinginkan oleh para penggunanya. Terbukti Whatsapp begitu populer dan digunakan oleh banyak orang, bahkan sebelum diakuisisi Facebook senilai 19 miliar USD pada tahun 2014. Dan kini WhatsApp memiliki sekitar 1, 5 miliar pengguna setiap bulan.

Komitmen privasi dan keamanan serta kenyamanan diharapkan Jan Koum tetap dipertahankan oleh Facebook. Karena itu Mark Zuckerberg berjanji pada Jan Koum saat bernegosiasi.

Setelah Mark berjanji akan berusaha sebisanya untuk mempertahankan kemurnian WhatsApp baru, Jan Koum akhirnya bersedia menjualnya. Pada awalnya, hal tersebut tidak mudah bagi keduanya karena Facebook dan Whatsapp memiliki konsep bisnis yang bertolak belakang. 

Saat masih kecil, Jan Koum yang merupakan seorang imigran asal Ukraina merasakan kehidupan ketat di bawah pemerintahan Rusia yang kala itu melakukan curi dengar pembicaraan antarwarga.

Memili latar belakang demikian, maka Jan Koum memiliki perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan privasi, yang kemudian diaplikasikannya ketika mengembangkan WhatsApp.

Karenanya, Jan Koum tidak tidak menginginkan kemunculan iklan di WhatsApp, lebih-lebih bila data diri konsumen dimanfaatkan/digunakan untuk kepentingan golongan tertentu. Karena itu pula lah Jan Koum pribadi yang menginginkan adanya fitur enkripsi pada WhatsApp, yang bisa menjaga supaya privasi pengguna tetap terjaga.

Sejak dibeli oleh Facebook, Jan Koum mendapat kursi di anggota dewan Facebook dan membantu menangani hal teknis dan menjadi penasihat dalam upaya pengembangan aplikasi dan pengguna Whatsapp. 

Seiring berjalannya waktu, WhatsApp memiliki semakin banyak pengguna sehingga Facebook berminat untuk membelinya. Tetapi Facebook berpikir cara untuk mencari uang dari Whatsapp untuk mengompensasi harga pembelian WhatsApp yang begitu fantastik. Dan hal itu cukup membuat Jan Koum tidak nyaman. 

Ketidaknyaman Jan Koum  kelihatannya mencapai puncaknya setelah Facebook tersangkut skandal eksploitasi data yang dilakukan oleh perusahan analisis data, Cambridge Analytica, yang kemudian membuat Facebook dan Mark mendapat sorotan media. Peristiwa ini berbuntut pada dipanggilnya Mark (serta perwakilannya) oleh Kongres Amerika Serikat dan Inggris (termasuk Indonesia) untuk dimintai penjelasan.

Mungkin karena terbentur dengan masalah prinsipal yang selama ini dipegang olehnya soal privasi, pada akhir April Jan Koum memutuskan untuk mengundurkan diri dari dewan direksi Facebook. Tapi berbeda dengan rekan sesama pendiri Whatsapp, Jan  Koum keluar "baik-baik" karena ia menyadari kesuksesan dirinya dan Whatsapp adalah jasa dari Facebook juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun