Mohon tunggu...
agus munandar
agus munandar Mohon Tunggu... Tutor - Pelajar

Penulis hikayat dan pemerhati edukasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pergi Hanya untuk Rindu Pulang

7 Mei 2020   19:43 Diperbarui: 7 Mei 2020   19:59 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ini adalah hak cipta penulis(Nandar)

Saat gemuru hujan datang di tengah pergiku, aku melihat ada banyak Story Whatssap dengan caption yang sama yaitu tentang hujan, aku tidak tauh dramatis apa yang ada dalam hidup orang-orang itu, yang aku tauh aku juga punya firasat yang sama akan peristiwa di balik hujan, sedari dulu aku selalu tenang jika derasnya menyelimuti bumiku, dengan angin sejuk yang mengundangku untuk tidur tapi bukan itu yang  aku inginkan saat ini, melainkan merenungkan betapa abstraknya hidup ini tanpa aku untuk terus bermimpi, bermimpi untuk tujuan besar dalam hidupku, dengan begitu mungkin kelak aku akan menua dan beristirahat dengan tenang.

Tapi saat ini aku masih pergi, yah. Pergi dari semua kenyataan hidup yang ada didesaku, dimana aku di lahirkan dari keluarga bukan siapa siapa melainkan orang biasa, aku tidak terlahir dari keluarga bangsawan ataupun patrio, aku hanya mahaluk hamba yang dititipkan di muka bumi ini untuk pergi, itulah yang akhirnya aku maknai dalam perjalananku, yaitu bukan siapa-siapa.

Saat hujan berhenti aku menuju lantai dua kontrakanku dan melihat hujan kini berganti dengan hadirnya pelangi yang membentang luas di bujur katulistiwa, aku tidak tau makna hadirnya pelangi itu tapi aku merasa bahagia melihat warna-warna itu dan tidak lama lagi hari akan gelap.

aku sedikit kaget dengan bulan di petang hari ini aku berfikir tidak bisanya aku memaknai bulan ini akan hadir sepetang ini, ternyata benar tidak lama lagi akan hadir bulan sempurna, yah dimana para ilmuan menggap bulan itu bulan purnama, dimana keindahanya hanya bisa di rasakan di malam hari saja.

kuhayati semakin dalam sambari menatapnya bahkan lupa dengan adzan magrib yang sudah bergemuruh dan memaksaku untuk melaksanakam kewajibanku, di sela doaku hari ini tentang aku yang masi di rantauan. Dan memirkan dua kekasihku yang menanti kedatanganku dirumah yah aku sedikit merasa sayup dalam rinduku kali ini, tentang bapak dan ibuku.


Aku tahu sekarang, lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya." Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memeluk erat semua kebencian dan rasa sakit."

aku hanya rindu di balik jelajahku, jelajah hidup untuk menetukan kelak aku siapa dan dimana, apakah akan tetap melanjut untuk mimpi ataukah pulang untuk mengakhiri Pergi.

Entalah sore ini aku melihat senja yang sama,  sama dengan saat aku melihat di balik jendela rumahku, di bawa ketinggian dan di datarnya lingkungan sosialku, aku bukan siapa2 melainkan hanya pria yang bermimpi  pergi dan akan pulang  entah sisah hidupku akan berakhir di rantauan ataukah berakhir di saat aku pulang, itu semua aku tidak tau aku hanya pergi untuk RINDU PULANG.

Demikianlah harini di mana akan aku maknai bahwa tidaklah sepantasnya aku lupa dengan rinduku untuk pulang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun