Mohon tunggu...
Just Riepe
Just Riepe Mohon Tunggu... Guru (Honorer) -

I am a simple people (Reading, writing, singing, watching, traveling)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gaya Hidup Digital Zaman Sekarang

16 November 2017   23:30 Diperbarui: 16 November 2017   23:32 2575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di jaman now, dunia digital bukan hanya sekedar gaya hidup, tapi sudah benar-benar merupakan kebutuhan. Kalau dulu, kebutuhan primer hanya terdiri dari sandang, pangan dan papan, mungkin sekarang sudah harus ditambah dengan kuota. Buktinya, kita bisa melihat dengan mudah, bagaimana seseorang akan merasa panik, saat mengetahui paket data pada perangkat pintarnya sudah limit, ya... macam emak-emak yang kehabisan beras saja. Haha.

Mau gimana lagi? Sekarang ini kita memang sudah memasuki era digital, di mana hampir semua aspek kehidupan sudah berada di ujung telunjuk. Semua informasi pun dapat diakses dengan mudah. Mungkin, inilah yang dinamakan zaman moderen, hampir semua peralatan sudah menggunakan teknologi mutakhir.

Dari masa ke masa, peradaban manusia memang semakin maju. Saya yang lahir tahun 1980-an, sungguh merasa bersyukur, bisa menyaksikan dan mengalami sendiri lonjakan kemajuan teknologi tersebut. Saya ingat betul, dulu, PLN belum masuk ke kampung saya. Dan, untuk bisa menonton siaran televisi, haruslah menggunakan aki (accumulator) 12 volt, yang apabila dayanya sudah menipis, layar televisi akan mulai menciut semakin kecil dan lama-lama mati. Itu pun belum ada televisi berwarna seperti sekarang, apalagi layar datar. Namun begitu, kami sangat bahagia, karena biasanya aktivitas menonton dilakukan ramai-ramai. Kadang sambil liwetan, atau bakar jagung/singkong.

Tahun 1997, sekitar kelas dua SMA, barulah saya mengenal komputer. Saya sempat ikut kursus mengetik dan diperkenalkan dengan program WS, DOS, Excel dan Lotus. Saat itu, bisa pegang komputer saja, sudah menjadi suatu kebanggaan. Haha. Apalagi kalau berhasil membuat sampul buku, dengan nama sendiri, menggunakan jenis huruf yang unik. Kalau tidak salah, belum ada printer warna, karena masih menggunakan dot matrix. Tapi, memang merasa sudah kekinian, pada masanya.

Pas kuliah tingkat dua, sekitar tahun 2000-an, barulah mengenal internet. Itu pun belum ada perambah web, semacam mozilla, chrome, dll. Kami masih pakai internet explorer, yang saat itu kecepatan aksesnya bisa cukup untuk nyeduh kopi sambil main kartu, hehe. Tapi, kami tetep bahagia kok, rasanya seru aja, bisa berselancar, menjelajah dunia hanya dari sebuah layar. Untuk sosial media, paling banter hanya friendster, situs chating MIRC, miling-list, atau blogspot. 

Dan semua itu bisa kita nikmati dari sebuah kotak ajaib yang tersedia dalam sebuah ruang kecil, yang dipetak-petak, dalam bangunan yang disebut warnet (warung internet). Dan, kadang kami harus antri lho, karena memang peminatnya banyak sekali. Ah, masa itu menjadi bagian yang indah bagi saya. Hihi, sedikit nostalgia, gak apa-apa ya...

Lalu masuk era seluler. Bentuk dan fitur handphone tempo doeleoe, pas awal-awal keluar, sangat jauuuuhhh dibanding smart phone masa kini. Hanya bisa untuk mengirim dan menerima panggilan dan sms, itu saja. Itu pun dengan kapasitas karakter yang dibatasi. Tidak ada emoticon, tidak bisa merubah bentuk huruf, apalagi pesan suara. Tapi, kami tetap bahagia, kok. Karena, kami saksi sejarah cikal-bakal lahirnya teknologi telepon genggam.

Dan, di saat ini, semua kecanggihan itu seolah saling terkait satu sama lain, yang semuanya bisa diakses dari satu alat saja. Kita menyebutnya smart phone, atau telepon pintar. Sekarang kegunaan telepon genggam bukan hanya untuk panggilan, sms, petunjuk waktu dan kalkulator saja. Tapi, bisa untuk hal-hal yang (dulu) mungkin tidak terpikir. Transaksi perbankan misalnya, pengecekan cctv, streaming video, siaran langsung, panggilan video, dan banyak lagi. Kehidupan manusia semakin dimudahkan saja.

Namun, untuk bisa menikmati semua kemudahan itu, pastikan kuota data internet tersedia. Karena memang itulah bahan bakarnya. Secanggih apapun smart phone, model dan type paling baru sekalipun, kalau tidak memiliki paket data, ya... tidak bisa bermanfaat lebih. Gak akan ada tanda-tanda kehidupannya, hehe.

Nah, bicara soal paket data atau kuota internet, saya punya pengalaman yang cukup berliku, hingga akhirnya berani ambil keputusan sebagai the really last. Yakin deh, tidak akan pindah ke lain provider. Trust me.

Gini-gini, kalau dulu, sebelum tersedia akses internet di hand phone, untuk bisa mencari informasi lewat google, saya harus antri di warnet, karena memang di rumah tidak memiliki sambungan internet. Masih susah, kan? Dan yang pasti, biayanya tidak murah, ditambah memang lokasi rumah yang tidak termasuk kategori kota, menyebabkan sulitnya dijangkau sinyal. Ah, kalau inget masa itu, suka senyum-senyum sendiri. Untuk bisa ngirim atau nerima sms, harus lari ke atas bukit di belakang rumah, siapa tahu ada gelombang nyangkut, hehe.

Setelah gawai dilengkapi dengan fitur tersebut, ditunjang dengan pembangunan tower relay di mana-mana, akses internet pun bisa dilakukan kapanpun, di manapun, sesuka hati. Dan, dari sinilah galau saya bermula. Sebagai pengguna aktif, kebutuhan itu benar-benar menjadi penting dan utama. Benar, rasanya dunia jadi suram, ketika tidak terhubung ke internet. Hmm...

Galau, karena saya tidak menemukan provider yang bisa memenuhi keinginan saya. Tidak muluk sih, cuma ingin yang aksesnya cepat, tapi ramah kantong. Ada yang ini, begini, aksesnya cepet, tapi mencekik. Ada yang itu, begitu, harganya sih terjangkau tapi... aksesnya lelet, bikin darah tinggi kambuh. Duh, Gusti! Berkali-kali ganti, dan berkali-kali pula tensi saya naik. Tapi, ya gimana lagi. Pilihannya hanya itu, yang begini dan begitu. Jadi, ya... dinikmati. Untungnya, di tempat kerja tersedia hot spot, jadi ketika sedang di kantor, sedikit bisa tersenyum. Hehe.

Hingga suatu saat, seorang teman, membawa modem Andromax M3Y, kebetulan jaringan hot spot di kantor sedang ada masalah. Jadi dia keluarkanlah tuh benda kotak pipih berwarna hitam. Lalu dinyalakan, dan dengan lincahnya berselancar ke dunia maya. Saya pun terkagum dengan kecepatan aksesnya, video streaming tanpa jamming, membuka jendela secepat kedipan mata, dan download file, tak harus nunggu sampai ubanan. Saya tertarik dong, lalu atas petunjuk sang teman, yang baik hati itu, saya menuju konter untuk membeli seperangkat modem yang sama.

Ternyata untuk tersambung dengan jaringan, sangat tidak sulit. Tinggal nyalakan tombol wifi, lalu masukkan password bawaan. Sudah. Kenyamanan berinternet sudah bisa dinikmati. Harganya tidak bikin kantong kering, dan yang pasti, bonusnya gila-gilaan. Duh, siapa yang gak ngiler, coba? Pas saya coba di rumah, sinyal tetep kenceng, dan bisa dipakai oleh beberapa perangkat. Akhirnya, saya, istri, adik, atau temen yang dateng suka gabung wifian. Bener-bener solusi, kan? Makanya, sampai sekarang, saya memilih menggunakan modem andromax aja, biar gak pusing. Oh ya, ukurannya yang kecil, sangat mudah dibawa ke mana-mana. Taruh di tas atau di saku juga diem, hehe.

Dokpri
Dokpri
Dan, dengan modem andromax dari smartfren itulah, aktivitas internet saya tidak terganggu. Dan pastinya, banyak hal yang bisa saya lakukan. Salah satunya, ya ikut blog competition di Kompasiana. Informasi even dan submit tulisan bisa dilakukan di rumah sambil leyeh-leyeh. Menang atau tidak, itu mah urutan kesekian. Yang penting mencoba. Selain itu ya, ngisi blog pribadi, silaturahmi sama temen, gabung di beberapa grup kepenulisan, dan coba-coba jualan online.

O ya, saya pernah mengalami hambatan gegara terkendala koneksi internet. Dulu, sebelum kenal andromax. Di grup kepenulisan yang saya ikuti, ada kelas bengkel cerpen, yaitu dimaksudkan sebagai forum diskusi antar sesama anggota, bisa juga memberikan penialain, kritik atau saran, terkait karya yang ditayangkan. 

Dan ketika giliran cerpen saya yang dibengkeli (waktu itu jadwalnya malam hari), saya tidak bisa membuka file di grup karena sinyal provider yang saya gunakan tidak mendukung. Hanya muter-muter saja, gak berhenti-berhenti. Akhirnya saya menyerah dan tidak masuk kelas. Akibatnya, saya tidak bisa ikut diskusi atau menanggapi komentar teman-teman. Saya pun sempat ditegur oleh pembimbing, dianggap tidak disiplin dan tidak menghargai. Rasanya gimanaa gitu? Padahal kan bukan tidak mau masuk kelas, tapi ya itu... Ah!

Dengan andromax, hal itu tidak pernah terjadi lagi! Dan yang jelas, bisa juga untuk modal gaul, guna menambah wawasan kekinian agar bisa lebih pintar menjalani kehidupan atau istilah kerennya Live Smart. Coba, kalau saya tidak memustuskan mengikuti jejak teman menggunakan modem andromax, mungkin sampai saat ini masih ngos-ngosan menahan emosi jiwa yang terperangkap dalam dilema, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ah, jangan-jangan sudah jantungan! Amit-amit, dah!

Bener deh, percayalah! Saya benar-benar sudah merasakan manfaat hadirnya modem andromax, yang aduhai dan sungguh memesona. Benar-benar membuat gaya hidup digital semakin optimal. Membantu update informasi yang berubah setiap detik, membuka kesempatan untuk meraih peluang baru, dan tentu membuat hidup semakin pintar.

Gak percaya? Coba deh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun