Mohon tunggu...
Joyvina Melinda Christie
Joyvina Melinda Christie Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UNIKA Soegijapranata

Yuk happy sama-sama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Smiling Depression: Paparan dari Media Sosial

29 Desember 2020   02:58 Diperbarui: 29 Desember 2020   03:06 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tidak bisa mengetahui secara pasti apakah seseorang benar-benar bahagia. Orang yang kita kira bahagia dengan kehidupannya bisa saja sedang mengalami depresi hingga parahnya melakukan aksi bunuh diri. Orang tersebut memasang senyuman diwajahnya seolah-olah tidak ada masalah yang menghampiri dirinya. Kondisi inilah yang dinamakan Smile Depression.

Smile Depression atau senyuman depresi adalah istilah untuk menggambarkan seseorang yang terlihat bahagia dan tersenyum setiap saat, tetapi sebenarnya mengalami depresi. Istilah ini sudah mulai populer di kalangan masyarakat, tetapi belum masuk ke dalam kategori gangguan mental. Meskipun begitu kondisi ini tidak kalah berbahaya dari jenis gangguan mental lainnya. Orang yang mengalami smiling depression juga mengalami gejala yang serupa dengan gejala depresi pada umumnya, seperti :

  • Perubahan nafsu makan, berat badan, dan tidur.
  • Kelelahan atau lesu.
  • Perasaan putus asa, kurangnya harga diri, dan harga diri rendah.
  • Kehilangan minat atau kesenangan dalam melakukan hal-hal yang dulu dinikmati.

Dilansir dari theasianparent, smiling depression merupakan kondisi depresi yang memiliki resiko tinggi. Hal ini dikarenakan kita tidak bisa mengetahui bahkan menyadari seseorang yang mengalami kondisi ini. Mungkin saja orang yang mengalami smiling depression juga tidak menyadari bahwa ia sebenarnya mengalami smiling depression

Tak hanya itu, orang yang mengalami smiling depression cenderung memiliki resiko bunuh diri yang tinggi. Mereka mungkin cenderung aktif, optimis, ceria dan memiliki kehidupan normal sampai kehidupan yang kita idam-idamkan. Namun, hal ini justru lebih membahayakan. 

Penderita lebih impulsif dan lebih termotivasi daripada penderita depresi biasa untuk menyakiti dirinya bahkan mengakhiri hidupnya karena bisa melampiaskan kesedihannya tanpa pengetahuan orang lain.

Salah satu pemicu dan penyebab smiling depression adalah media sosial. Media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, Tik Tok, atau platform lainnya telah menjadi salah satu aspek penting kehidupan sosial masa kini.

Banyak orang yang menggunakan media sosial untuk memamerkan kehidupan mereka yang baik-baik saja. Tapi apakah kehidupan mereka benar-benar berjalan dengan baik? 

Mereka mungkin hanya membagikan hal-hal yang baik dengan dunia dan tidak ingin mengunggah status, gambar, maupun video saat mereka sedang tidak baik-baik saja. 

Hal-hal buruk dan permasalahan-permasalahan mereka inilah disimpan sendiri dan tidak ditunjukkan di media sosial. Secara perlahan tapi pasti, smiling depression dalam diri seseorang dapat tumbuh subur.

Sebuah studi “Journal of Social Clinical Psychology” mengemukakan bahwa ada hubungan kausal antara penggunaan media sosial dan dampak negatif terhadap kesejahteraan. Kondisi tersebut berwujud rasa depresi dan kesepian. Salah satu peneliti studi, Jordyn Young dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa seseorang yang jarang menggunakan media sosial umumnya tidak mengalami depresi dan kesepian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun