Mohon tunggu...
Joy Simanjuntak
Joy Simanjuntak Mohon Tunggu... Karyawan -

Catatan singkat, padat, (semoga) menggelitik seorang alumni matematika yang tidak punya bakat menulis tapi ingin menulis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kontribusimu untuk "Beresin" Kemacetan Jakarta Bersama

11 November 2017   11:27 Diperbarui: 12 November 2017   06:35 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Email Panggilan Kerja (Sumber: Foto Pribadi)

Macet adalah bentuk pembunuhan karakter. Bagaimana tidak, durasi waktu yang harusnya kita bisa gunakan dengan optimal dengan bekerja atau berkegiatan yang lain, harus habis percuma di jalanan menunggu kesempatan untuk jalan sentimeter demi sentimeter. Detik dan menit yang harusnya bisa dinikmati dengan istirahat cukup saat pulang kantor, harus direlakan untuk menikmati suara klakson mobil/motor di kiri, kanan, depan, dan belakang. Menurut KBBI, macet artinya tidak dapat berfungsi dengan baik. Jelas saja akibat menghabiskan waktu berharga untuk berebut untuk jalan duluan di tengah selimutan udara yang pasti tidak bersih lagi, semua aktivitas kita yang sudah terancang dengan baikpun jadi ikutan macet.        

Saya masih terhitung seumur jagung tinggal di ibu kota negara ini. 2 Januari 2017 dimulainya hari-hari dengan "paksaan" menikmati momen-momen kesemberawutan yang warga lama Jakarta udah "nikmati" dari zaman baheula, salah satunya kemacetan. Salah satu pengalaman cukup "pahit" yang pernah saya jalanin adalah saat saya mendapat panggilan untuk mengikuti proses seleksi dari satu satu bank swasta di daerah Mall Alam Sutera, Tangerang. Saat itu saya tinggal di daerah ITC Cempaka Mas (Sunter Kemayoran, Jakarta Utara). 

Sehari sebelumnya, berhubung masih cukup “buta” akan jalanan di Jakarta, saya coba cari alamat tes dan lihat seberapa jauh jarak lokasi tesnya dari alamat tempat tinggal. Dari hasil pencarian melalui Google Maps menunjukkan bahwa saya butuh waktu 1 jam 28 menit untuk sampai ke tempat tujuan. Alhasil saya memutuskan untuk pergi 3 jam sebelum, yaitu pukul 6 pagi.

Jarak ITC C. Mas - Mal A.S Sumber: Google Maps
Jarak ITC C. Mas - Mal A.S Sumber: Google Maps
Saya ingat betul bagaimana perjuangan saya untuk sampai ke lokasi ujian yang saya sama sekali tidak ada ide dimana keberadaannya. Saya memutuskan untuk menggunakan kendaraan online (mobil) agar sampai langsung ke tempat dan lebih pasti dari segi waktu dan biaya pastinya. Tepat jam 6 lebih sedikit, order-an saya diterima dan sebuah mobil meluncur dan mengantarkan saya ke tempat tujuan dengan tarif 70 ribu. Saat di mobil, sang supir berbasa-basi menanyakan tujuan saya ke sana dan mengobrol ringan tentang beberapa hal. Belum ada 5 menit, beliau menyarankan untuk menggunakan motor saja agar bisa sampai tepat waktu karena beliau memprediksi jalanan di depan pasti macet dan memang sejak mulai jalan tadi kamipun sudah berjalan dengan perlahan.

Akhirnya saya meminta bantuan beliau mencarikan saya kendaraan motor online, tapi saat itu kami tidak ordervia aplikasi, karena beliau menganggap tidak akan ada yang mau mengambil pesanan saya dengan motor karena jarak yang terlalu jauh. 10 menitan berselang, kami berhenti dan beliau turun dan menanyakan ke sekumpulan driver motor online yang lagi menunggu order-an di pinggir jalan. Satu persatu beliau tanya, sampai akhirnya ada yang mau dengan memasang tarif 70 ribu.

Tidak punya pilihan, akhirnya saya setuju, dan kamipun berangkat. Supir mobil online yang tadi membantu sayapun meminta 50 ribu untuk biaya bantuan mencari motor tadi dan biaya mengantarkan saya ke tempat yang mungkin cuma berjarak 15 menit dari titik penjemputan. Yang penting bisa sampai dulu dalam pikiran saya saat itu, uang nanti bisa dicari. Ternyata masalah sayapun tak selesai sampai di situ, selain cuaca yang cukup terik membakar kulit dan macet dimana-mana, ternyata sang supir motor inipun tidak tahu arah ke alamat ujian saya itu. Puluhan kali kami bertanya dan berjalan dalam keragu-raguan, akhirnya puji Tuhan saya sampai juga ke alamat ujian saya pukul 10.00. Karena rasa iba, saya kasih 110 ribu untuk ongkosnya ke supir motor tadi. Syukur saat itu, walau saya telat 1 jam, saya masih diizinkan mengikuti ujian dan mujizat terjadi saya lolos di urutan ke-5 di antara 11 nama yang lolos.

Hasil Pengumuman Tes 1 (Sumber: Foto Pribadi)
Hasil Pengumuman Tes 1 (Sumber: Foto Pribadi)
Seandainya saja tidak ada macet, saya tidak mungkin menghabiskan 160 ribu yang harusnya 70 ribu saja. Seandainya tidak macet, saya pasti bisa mengikuti ujian dengan perasaan tenang, datang tepat waktu dan tidak lelah di perjalanan.

Jujur masalah macet ini bukan hanya masalah Jakarta saja, di tempat asal sayapun di Medan, inipun sudah menjadi sesuatu "momok" yang setia membuat masalah bagi warga. Video dari akun youtube UBER Indonesia yang berjudul Boxes | Ayo kita #UnlockJakarta adalah sebuah video minim dialog yang menggambarkan bagaimana keadaan sebuah kota yang setiap warganya dengan “egois” mengendarai kendaraannya masing-masing (1 orang, 1 mobil) dan mencari tempat parkir ditengah habisnya lahan kosong yang difungsikan untuk parkir, karena sudah ditempati oleh lusinan kendaraan yang datang duluan.

Fenomena yang samapun diprediksi bisa terjadi di kota Jakarta 5 tahun lagi. Jelas ini bukan prediksi omong kosong, karena gejala-gejalanya sudah mulai tampak beberapa tahun belakangan. Diberlakukannya peraturan ganjil genap sejak tahun 2016 di beberapa jalan seperti jalan Jenderal Sudirman, jalan Medan Merdeka Barat dsb, dirasa cukup membantu karena bisa mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi di jalanan tersebut. Tapi manfaat yang sama tidak bisa didapati di setiap jalanan di Jakarta. Masih terlalu banyak titik macet yang sehari-harinya menjadi titik "tumpukan" kendaraan. Pemberlakuan ganjil genap pasti mustahil untuk diterapkan di setiap titik macet, karena justru bakal menggundang ratusan bahkan ribuan orang yang protes akan aturan ini.       

Salah satu altenatif yang bisa digunakan untuk menuntaskan masalah ini adalah carpooling. Carpooling is the sharing of car journeys so that more than one person travels in cars (Sumber: Wikipedia).Sebuah teknik penyelesaian dimana 1 kendaraan harusnya dimuatin oleh cukup penumpang, sehingga bisa mengurangi jumlah kendaraan yang berlalu-lalang di tengah jalan. Foto di bawah adalah salah satu tanda jalan di jalanan Amerika untuk mendorong pemotongan penggunaan bensin akibat krisis minyak di tahun 1973.

Carpooling (Sumber:https://en.wikipedia.org/wiki/Carpool)
Carpooling (Sumber:https://en.wikipedia.org/wiki/Carpool)
Carpooling ini merupakan konsep berkendara bersama alias “nebeng”. Zaman digital seperti sekarang, justru adalah era dimana konsep ini terdukung secara maksimal. Tinggal klik tombol pesan sesuai alamat yang dituju, kita bakal “diangkut” bersama orang lain yang searah atau ketempat tujuan yang sama. Berikut beberapa alasan yang menjadikan carpooling ini adalah salah satu solusi ramah pemberantasan kemacetan di Jakarta:

1. Ramah terhadap lingkungan

Dengan memanfaatkan carpooling, kita membantu mengurangi polusi berikut penggunaan energi fosil atau BBM. Kita semua tahu bahwa dunia sedang dalam krisis energi yang tidak dapat diperharui, yang salah satunya minyak bumi. Penggunaan aktif carpooling menunjukkan kesatuan kita dalam menyukseskan kampanye ini.

2. Ramah terhadap kantong

Biaya yang dihabiskan menggunakan konsep berkendara bersama ini jelas jauh dibanding biaya yang kita habiskan dengan membeli kendaraan, mengisi BBM berkali-kali, biaya servicetiap bulan,biaya parkir harian  dll. Artinya uang bulanan yang biasa dihabiskan untuk kendaraan sendiri, bisa digunakan untuk biaya lain yang lebih bermanfaat seperti untuk memenuhi hobi, belanja keperluan atau lainnya.

3. Ramah terhadap orang sekitaran

Saat berada di sekitaran kantor, kita tidak hanya kenal sama orang sekantor saja, tapi memungkinkan kenal sama karyawan kantor lain karena bisa jadi sering satu mobil saat menggunakan carpooling ini. Teman tambah, waktu bersosialisasi tambah, dan kesempatan-kesempatan lain pasti terbuka dengan relasi yang semakin banyak dampak sering berangkat “bareng”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun