Mohon tunggu...
Jovanka Paurel Elang Valenzia
Jovanka Paurel Elang Valenzia Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 PWK - Universitas Jember

Seorang yang tengah menempuh ilmu di satuan pendidikan Perguruan Tinggi Negeri disalah satu kota di provinsi Jawa Timur. Saya adalah seseorang yang ingin mencoba mempelajari kegiatan menulis, yang nantinya saya berharap kemampuan saya dapat menambah value dalam diri saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan Masyarakat, Salah Negaranya?

12 Oktober 2022   18:19 Diperbarui: 12 Oktober 2022   18:26 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemiskinan merupakan hal yang menakutkan bagi setiap orang. Bagaimana tidak, memikirkan besok harus makan apa adalah hal yang sangat tidak mengenakkan. Dituntut untuk terus hemat, hemat, hemat agar bisa sekedar mencukupi kebutuhan wajib manusia, yaitu makan.

Terkadang, bagi orang yang ekonominya rendah, makan saja menjadi suatu hal yang sulit bagi mereka. Ditambah tanggungan hidup seperti anak juga membuat orang dengan ekonomi rendah berpikir, bagaimana cara bertahan hidup dengan sebuah kemiskinan.

Kita tentunya tidak bisa memilih akan terlahir dengan keadaan kaya atau miskin. Kebanyakan orang yang menderita kemiskinan, terlahir dari keluarnya yang mengalami kemiskinan pula. Oleh sebab itu, memutus rantai kemiskinan adalah hal yang cukup sulit untuk dilakukan.

Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa kehidupan seseorang bisa dilanda kemiskinan, diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Keturunan

Dimana orang tua yang mengalami kemiskinan tidak bisa menaikkan taraf hidupnya dan berimbas kepada anak-anaknya. Fase ini seperti lingkaran setan yang sangat sulit untuk diputus. Tentunya orang tua tidak menginginkan anaknya untuk hidup sengsara. Namun dengan terbatasnya ruang yang bisa mereka eksplor, mereka juga kesusahan untuk keluar dari situasi yang dinamakan kemiskinan. Kemiskinan juga cenderung membentuk pola pikir yang sempit bagi sebagian orang, sehingga hal tersebut menyulitkan seseorang untuk berkembang.

  • Rendahnya pendidikan

Kebanyakan masyarakat dengan ekonomi rendah tidak sadar akan pentingnya pendidikan. Mereka terkadang mendoktrin anaknya untuk lebih memilih bekerja daripada menuntut ilmu. Karena mereka berpikir bahwa bersekolah tidak menghasilkan uang dan malah menghabiskan uang. Tentu hal tersebut merupakan hal yang sangat salah. Menuntut ilmu merupakan salah satu jalan untuk menaikkan taraf hidup menjadi lebih baik lagi, baik dari segi sosial,budaya, maupun ekonomi.

  • Kemalasan

Rasa malas juga faktor yang mendorong kenapa seseorang bisa hidup dengan kemiskinan. Malas bekerja, malas belajar, malas berusaha merupakan ciri-ciri orang yang akan hidup selamanya dengan kemiskinan. Terkadang mereka cenderung membebankan hidupnya pada orang lain, sehingga mereka terlahir menjadi orang yang sulit berkembang dan tidak mempunyai nilai diri untuk menghadapi persaingan.

  • Sempitnya lapangan pekerjaan

Sekarang ini, dengan meledaknya pertumbuhan penduduk tidak menutup kemungkinan bahwa persediaan lapangan pekerjaan semakin sempit. Dimana tiap harinya orang berebut pekerjaan dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Tentunya hal ini diluar kendali individu. Namun, kita sebagai individu tahu bagaimana cara untuk meningkatkan nilai diri sehingga dapat bersaing dalam hal pekerjaan.

Lalu negara berperan apa pada kemiskinan rakyatnya?

Seperti yang kita ketahui, bahwasannya kita sebagai warga negara mempunyai hak penuh terhadap kehidupan layak yang diberikan negara kepada kita. Hak-hak tersebut meliputi hak mendapatkan tempat tinggal, hak untuk mendapatkan pekerjaan, dan hak atas kehidupan yang makmur.

Sementara pada realitasnya, 3 hak penunjang kehidupan tersebut tidak semua orang dapatkan. Orang miskin cenderung tidak diberikan hak secara sempurna. Dimana banyak dari mereka yang tidak mendapatkan tempat tinggal yang layak, pekerjaan dengan gaji yang cukup, serta kehidupan makmur yang hanya menjadi angan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun