Mohon tunggu...
Jovan Surjadi
Jovan Surjadi Mohon Tunggu... Jurnalis - anak ck 11 iis 2

Jovan Surjadi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Lockdown demi Mencegah Covid-19, Perlukah?

31 Maret 2020   23:30 Diperbarui: 31 Maret 2020   23:54 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah tidak bisa diragukan lagi bahwa COVID-19 telah menjadi topik pembicaraan utama di kalangan banyak sekali orang. Virus dari keluarga SARS yang sudah tak asing di dunia kedokteran ini muncul kembali di akhir 2019 dan telah berkembang menjadi "perusak" tahun 2020 bagi seluruh warga dunia. 

Telah terkonfirmasi bahwa virus ini berasal dari lingkungan pasar hewan Wuhan, Cina, yang kotor dan telah menyebar antar manusia, menciptakan simptom yang cukup memprihatinkan terutama menyerang pernapasan penderita (yang paling ganas.). Virus ini telah menyebar ke seluruh dunia, menciptakan hampir delapan 800.000 kasus positif dan hampir 40.000 kematian. 

Dan ya, setelah diantisipasi oleh banyak orang dan profesional akhirnya virus tersebut akhirnya sampai di wilayah NKRI. 2 kasus positif pertama di Depok, dan terus bertambah ke luasan wilayah NKRI mencatatkan ribuan kasus positif dan ratusan kematian. Dan tak diragukan lagi, pandemi ini telah menciptakan berbagai keresahan publik mulai dari panic buying hingga terbatasnya aktivitas warga Indonesia secara masif. Tentunya keresahan ini dirasakan oleh seluruh dunia tak hanya Indonesia.

Dari semua informasi yang telah tersebar di internet, pandemi ini telah berhasil menciptakan kerusuhan di masing negara yang terkena virus ini. Ya, virus ini telah menciptakan banyak kerusuhan sosial seperti panic buying, kekosongan barang medis (hand sanitizer, masker, dll.), kekacauan aktivitas keseharian warga, terpukulnya ekonomi, dan masih banyak lagi. 

Negara negara di dunia betul merasakan keganasan COVID-19 tercampur dengan media massa yang akhirnya menciptakan formula kekacauan, serta ketidaksiapan mereka, betul betul seram jika dilihat apa yang sedang terjadi diluar sana.

Indonesia bisa dibilang sebagai negara yang cukup baru terkena musibah ini. Kasus pertama tercatat pada 2 Maret 2020. Ya, sejak itu kerusuhan sosial terjadi, dan secara diam diam virus ini telah menyebar cukup luas. Kenapa kita baru awas sekarang, kenapa perhatian kita baru terpacu pada masa masa ini dimana masa masa ini adalah masa yang sudah dibilang gawat? 

Karena kita belum siap, begitu juga dengan pihak pemerintah, dimana mereka sangat tenang dan ada beberapa pihak yang menyepelekan masalah corona (ingat ketika pemerintah menantang Harvard? Ketika pemerintah berkata bahwa kita imun/kebal?), begitu juga dengan kita (ingat ketika kita mengatakan corona tidak bisa masuk ke Indonesia karena kita kuat?). Kita benar benar menyepelekan masalah virus ini, dan alhasil kerusuhan sosial kita nikmati. 

Setelah semua kemaluan itu akhirnya kita juga bergegas aktif dalam keprihatinan masalah COVID-19. Banyak kebijakan yang efektif sudah dijelaskan oleh pemerintah, seperti mencuci tangan 20 detik, menjaga kesehatan, menjaga jarak, dll. Banyak warga Indonesia yang telah menuruti hal hal tersebut, dimana cukup efektif jika telah dilakukan. 

Akan tetapi mengapa tetap penyebaran virus ini dan kematian terus melonjak tinggi? Ya betul! Jawaban berikut sangat singkat, karena warga Indonesia banyak yang tidak nurut. Mudik sana sini, berkumpul sama sama, tidak menjaga jarak, kurang bersih, dan masih banyak lagi. Itu semua adalah penyebab virus ini tetap berkembang. 

Berdasarkan pemantauan negara lain, banyak yang menciptakan kebijakan masing masing, yang sangat diperhatikan dan panas dibicarakan oleh warga Indonesia adalah tentang kebijakan lockdown. Bisa kita lihat bahwa Italia menuruti kebijakan tersebut, kota Wuhan juga, India juga, Malaysia pun juga, banyak sekali negara yang melakukan kebijakan tersebut. Akan tetapi kenapa pemerintah tak melakukan kebijakan tersebut? Seberapa perlu melakukan lockdown? Sejauh yang saya tahu, tak perlu. Mengapa?

Lockdown adalah penutupan total sebuah negara, tak boleh ada yang masuk dan yang keluar. Lockdown adalah suatu kebijakan yang sangat serius, susah, dan fatal jika kesalahan terjadi. Kebijakan tersebut sedang panas dibicarakan apakah presiden akan melakukannya. Menurut saya tak perlu, karena kebijakan yang pak Jokowi sarankan sudah sangat mempan, jika dilaksanakan dengan efektif. Mari kita bayangkan, jika hanya social ditancing yang kita laksanakan dengan efektif, maka penyebaran virus ini akan berakhir dengan sangat cepat! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun