Mohon tunggu...
Lisa Calista
Lisa Calista Mohon Tunggu... Penulis - Anak kuliahan yang aktif organisasi dan suka kepoin hal baru :)

Learning is endless, and experience is the best teacher.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kelas 2020-2021: Edisi Spesial #NoRegrets

16 April 2021   08:54 Diperbarui: 21 April 2021   17:19 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut banyak orang, murid tahun pertama Gen Z, atau lebih akrabnya murid angkatan 2003, adalah angkatan yang paling tidak diuntungkan. Toh memang, sejak awal tahun ajaran satu kali pun tidak pernah duduk di bangku sekolah. Bahkan sampai acara kelulusan juga semua hanya ditayangkan di depan layar laptop. Sungguh menyedihkan..

Tapi menurut saya, #NoRegrets kok, karena masih banyak yang bisa saya syukuri selama satu tahun penuh ini. Banyak yang saya bisa pelajari di tengah pelajaran, saat jam istirahat, plus bonus me time tanpa terkuras waktu di perjalanan. Tak disangka, bolak-balik sekolah saja memakan waktu paling cepat 40 menit (20 menit masing-masing). Itu pun terhitung hanya saat menaiki kendaraannya, belum termasuk waktu persiapannya. Berikut pengalaman sekolah online versi saya.

Awal permulaan, saya memang bingung sekali karena benar-benar bosan dengan suasana hening dalam rumah. Belum lagi ditambahkan stres beradaptasi, karena 8 jam saya sekolah mayoritas duduk di kursi sampai sesekali keram entah mengapa, meskipun sudah menyempatkan beberapa kali untuk berdiri sebentar dan stretching, atau keluar kamar untuk pergi ke toilet, atau makan. Hal ini sangat berbeda dibandingkan dulu ketika sekolah offline, jumlah jalan mondar-mandir dalam kelas sangatlah banyak, ditambah naik-turun tangga berkali-kali selama satu hari sekolah. Maklum, semua orang juga merasakan hal yang sama berat untuk beradaptasi di tengah kondisi seperti saat itu.

Tetapi seiring berjalannya waktu, karena manusia memang pada naturnya sangat mahir dalam beradaptasi, akhirnya satu tahun ini kita semua lalui dengan suka maupun duka yang sangat mengesankan. Bagi anak umuran saya atau lebih muda, iklim sekolah sekilas berputar 360.

Pertama, karena guru-guru tidak lagi gaptek, mewajibkan mereka untuk bisa berkenalan dan menyayangi teknologi. Semua yang sebelumnya paper-based telah berevolusi menjadi digital-based. Sekilas proyek sekolah meleburkan pelajaran tersebut dengan ilmu komputer, ditandai dengan banyaknya peggunaan program dan aplikasi digital.

Topik-topik tugas sekolah juga diwarnai dengan ide korona. Melalui berbagai media seperti Powerpoint untuk presentasi, Google Forms untuk survei, podcast, video berita, Google Docs untuk sederet pdf makalah, sampai-sampai tugas novel Bahasa Indonesia, juga bernuansa korona. Edisi spesial tahun 2020, bukan? Mungkin ini akan menjadi momen unik yang tidak akan terlupakan dalam hidup.

Kedua, yang tidak kalah menguntungkan adalah jam tidur malam yang lebih panjang. Telat bangun sedikit tidak lagi memberikan dampak signifikan, karena persiapan menuju sekolah sudah sangat berkurang dan waktu untuk perjalanan kini sudah tiada. Belum lagi seragam sekolah tidak perlu dipakai full set, karena yang penting hanya atasannya (kebanyakan guru di sekolah saya tidak terlalu mementingkan lagi).

Ketiga, jam sekolah yang lebih singkat, dengan jam istirahat yang menurut saya lebih bebas. Kita bisa tidur, cek sosmed, melakukan hobi rumahan, keluar rumah sebentar, main game online, dan yang utama, yakni makan siang tanpa harus mengantri di kantin, dengan porsi yang lebih royal.

Namun, di waktu yang aneh ini, saya berkesempatan untuk mulai melatih diri untuk lebih banyak berkarya di luar materi akademik. Melatih untuk menulis konten yang lebih baik merupakan satu gol mengikuti tren zaman, dengan rajin membaca dan mencoba menulis. Desain dan gambar, juga menjadi gol kedua yang masih dipelajari. "Keahlian harus diseimbangkan dengan kerajinan dan motivasi untuk terus berkembang, karena dunia akan semakin kompetitif," nasehat saya untuk melawan diri saya sendiri.

Secara keseluruhan, semua itu tergantung pada persepsi diri kita mencari kesempatan sesuai keadaan. Fakta menarik pula, banyak murid di bawah angkatan saya yang juga melihat peluang ke depan, mencuri start dalam persiapan karir seperti melatih self-branding atau mengikuti kursus online, juga ada yang mulai mencari uang tambahan melalui bermain saham secara kecil-kecilan, endorsement, atau part-time freelance. Jadi, sekarang lah waktunya untuk kita semua mengembangkan diri. Jangan terlalu banyak melihat ke belakang, stop rebahan di ranjang, dan ubah amarah menjadi energi untuk menggapai bintang.

Tak terasa, kita sudah sampai di penghujung bacaan sekolah online versi saya. Makasih sudah bersedia untuk membaca curhatan saya yang panjang ini. Semoga bermanfaat yahh, congrats juga buat yang baru tamat sekolah! Anywayss, pasti masing-masing dari kalian punya pengalaman berbeda-beda, boleh dong sharing versi kalian di kolom comment di bawah ini, semoga kita bisa saling belajar, hehe.. Sampai jumpa di next artikel saya, salam semangat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun