Mohon tunggu...
Josua Gesima
Josua Gesima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2

Seorang yang berkecimpung dalam Teologi, Filsafat, Ekonomi, Ekologi, dll.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Geopolitik dan Teologi Publik "Rusia versus Ukraina"

16 November 2022   09:08 Diperbarui: 16 November 2022   09:14 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teologi Publik dan Geopolitik

Peran Teologi Publik dalam konteks geopolitik dapat dilihat dari bagaimana respon agama terhadap apa yang terjadi di ruang publik. Contoh kasus yang terjadi pada hubungan invansi kontestasi antara negara Rusia dengan Ukraina. Letak agama bersama dengan negara (agama mengiyakan kepentingan negara dengan menaklukan agama lain) dengan melupakan identitas agama itu sendiri sebagai religius yang dibawah pemerintahan Allah (Kerajaan Allah) tidak dapat mempengaruhi negara yang berkontestasi geopolitik. Menurut pemaparan Yury Adamov (sumber Youtube "Christianity vs Christianity Religion in Putin's War") Ukraina pada umumnya, agamanya pluralis tetapi tidak menutup untuk agama lain. 

Rusia bersikap pada penganiayaan agama (karena tidak ada memberikan agama pluralis) sehingga bila terjadi pun akan menjadi agama dibawah tekanan. Sehingga konflik antara Rusia dan Ukraina sudah tidak asing lagi dalam pandangan dan perbincangan Internasional. Konflik yang diawali sejak tahun 2014 ini dan terus berlanjut sampai waktu-waktu terakhir ini semakin menegangkan. Kontestasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina sebagai negara tetangga yang tidak terlepas dari ruang budaya dan spiritual. 

Dari ruang spritualnya sendiri, meskipun Rusia mengaku bahwa hubungan dengan Ukraina bukan saja menyangkut tanah/wilayah tetapi juga tentang budaya dan bidang religius yang masih tidak dapat terpisahkan nyatanya keduanya sangat kontras. Perbedaan dari ruang spiritual antara keduanya termasuk menyangkut sifat dari ruang spiritualnya dimana Rusia lebih bersifat patriaki, sedangkan Ukraina lebih pluralis. 

Sifat patriarki kekristenan ortodoks yang dianut Rusia menjadi hal mutlak yang mengganggap agama lainnya sebagai kelas kedua. Sehingga Rusia cenderung mendominasi yang lainnya, di mana denominasi sebagai sebuah bentuk penaklukan. Bahkan di Rusia sendiri kerap kali terjadi penganiayaan religius. Hal inilah yang dialami oleh salah satu agama/religious di Rusia yaitu Saksi Jehowah yang dianggap sebagai sebuah aliran yang asing di Rusia.  

Saksi Jahowa mendapat tindak penganiayaan, dari mulai barang-barang mereka disita, ibadah diberhentikan dan beberapa dari mereka ditangkap, diadili dan dianiaya. Sementara Urkraina sendiri lebih terbuka terhadap agama lain seperti Islam, Yahudi, dan juga aliran-aliran Kekristenan lainnya. Adapun fakta ini menjadi sebuah gambaran atas kebrutalan invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina. Sehingga melalui keikutsertaan gereja dalam mempengaruhi pemimpin dan mempolitisasi tujuan menjadi sesuatu yang harus dipikirkan kembali. Melihat fenomena yang terjadi akibat pertempuran politik dan teologi menjadi sebuah bentuk geopolitik, di mana posisi geografis strategis yang memajukan/menghancurkan baik negara maupun manusia. 

Ranah moralitas kemanusiaan menjadi dihilangkan dengan asumsi politik individualis. Oleh karena itu dapat terlihat bahwa peran teologi publik berada di dua zona, zona masyarakat dan zona politik dengan memperhatikan dengan baik terkhusus pada kepentingan dan kesejahteraan bersama. 

Mengutip demografi dari Bob Dylan, selama yang menjadi asupan tetap terjaga, bukan berarti semua sedang baik-baik saja, karena bisa saja asupan yang dikelola berasal dari hak-hak yang telah dirampas. Oleh sebab latarbelakang sejarah wilayah Rusia yang masih menjadi perhatian utama Vladimir Vladimirovich Putin (Presiden Rusia), namun dari situ ternyata tidak hanya sebatas hubungan ketidakinginan menerima agama itu sendiri, tetapi invansi yang diluncurkan oleh Rusia ke Ukraina skala besar lebih dari agama (memanfaatkan subjek "agama") karena Ukraina sendiri tidak hanya sebagai negara tetangga, namun Putin meyakini dari sejarahnya "daerah barat daya juga merupakan wilayah rusia" sehingga Ukraina merupakan daerah bagian Rusia (baik itu dari budaya, sejarah, dan spiritual "agama"). namun Putin tidak melihat kontekstualisasi pada masa sekarang sehingga baik Rusia maupun Ukraina tersebut meminta bantuan dari negara-negara yang lain. 

Dari kedua negara tersebut juga terdapat hal yang menurut saya penting bahwa "Pendeta Rusia memberkati militer Rusia sama dengan yang dilakukan Ukraina yang juga memberkati militer Ukraina" sehingga oleh karena itulah bahwa ternyata masalah religius agama hanya sebagai subjek. tetapi kalau menurut hemat saya bahwa ini merupakan konflik terhadap kesehjateraan bernegara yang memperhatikan masalah "bidang ekonomi "dalam perdagangan barang", sosial, dan politiknya" yang juga campur tangan dari berbagai negara-negara yang membantu Rusia dan membantu Ukraina. 

Jadi dari inilah dapat kita lihat bahwa peran agama pun belum begitu universal "dapat saling menerima" di negara Rusia dan Ukraina. Sehingga peranan dari teologi publik terhadap geopolitik masih harus direkontruksi dengan terbuka dan universal, sehingga peran agama harusnya mempengaruhi pemerintah untuk mendirikan atau membantu kerajaan Allah di dalam dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun