Mohon tunggu...
Joseph Imanuel Setiawan
Joseph Imanuel Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Joseph IS

Cerdas adalah mengenal diri dan menjadi dewasa

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Peran Penting Ilmu Psikologi Dalam Berdemokrasi

27 Mei 2021   19:53 Diperbarui: 29 Mei 2021   09:41 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demokrasi beberapa tahun ke belakang ini sedang naik daun di Indonesia. Ada  faktor yang jadi itu penyebab utamanya yaitu perkembangan teknologi media sosial yang memudahkan orang-orang untuk dapat menyuarakan pendapatnya.

Di balik itu muncullah undang-undang yang berfungsi mengatur atau membatasi kebebasan berpendapat. Karena kebebasan bukanlah kebebasan kalau tanpa dibatasi aturan, jika kebebasan tanpa aturan lebih cocok dikatakan liar.

Kembali mengacu pada undang- undang, yaitu UU HAM Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, setiap orang bebas mempunyai dan mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat pribadi baik secara lisan, tulisan dan elektronik. Namun kebebasan itu harus memperhatikan nilai-nilai tertentu seperti agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum dan keutuhan negara. 

Intinya kebebasan berpendapat memang dijamin, tapi sebelum berpendapat ada baiknya berpikir ulang apakah pendapat itu akan menyebabkan konflik, merugikan orang lain atau menjatuhkan orang lain. Berbeda lagi dengan kritik yang bertujuan untuk kepentingan bersama untuk sama-sama memperbaiki kekurangan, tapi tetap harus memperhatikan kaidah nilai-nilai yang ada tersebut.

Media yang sedianya sebagai sarana untuk transportasi informasi kepada masyarakat sampai saat ini masih menjalankan tugasnya. Setiap hari tanpa henti menyampaikan informasi yang pastinya berguna bagi masyarakat bagi wawasan. Namun tentu pendapat tak bisa dibendung. Setiap informasi yang diterima oleh masyarakat dapat diartikan masing-masing menurut pengertian mereka.

Pastinya kompasianers sering melihat tayangan di televisi yang memiliki konsep debat. Pada prinsipnya konsep ini sangatlah baik karena bermaksud untuk memperdalam pembahasan tentang informasi atau isu yang sedang dibicarakan. Ditambah lagi dengan adanya konsep debat kita bisa mendengarkan pendapat dari 2 atau lebih orang yang biasanya terdiri dari pihak pro dan kontra. Hal ini bertujuan untuk bisa membuka pikiran para penonton dengan penjelasan dua belah pihak.

Program-program debat pastinya ada moderator atau pemandu agar acara berlangsung dengan baik dan adil. Namun beberapa acara dalam beberapa kesempatan tampak gagal menampilkan debat yang sehat. Akhir-akhirnya debat yang ada seperti mencari pemenang.

Debat yang bertujuan untuk menguji argumen dari pihak-pihak yang ikut serta dalam kegiatan tersebut, sebaiknya difokuskan untuk mencari penyelesaian suatu masalah atau isu yang sedang berkembang. Pengecualian misal debat-debat pemilihan kepala daerah atau presiden yang memang bertujuan mencari suara dan menjadi juara dalam pemilihan

Salah satu sosiolog Universitas Indonesia yang sering menjadi narasumber acara televisi adalah Pak Imam Prasodjo. Dalam beberapa kesempatan ketika Beliau menjelaskan tanggapannya tentang topik yang ditanyakan kepadanya, Beliau mampu memberikan banyak wawasan baru kepada penonton. Beliau sering mengungkapkan beberapa sudut pandang mungkin dimiliki oleh pera pemeran dari isu yang sedang diangkat.

Sosiolog adalah ilmu yang memang serumpun dengan ilmu psikologi. Perbedaannya ilmu psikologi berfokus pada penanganan konflik personal sedangkan sosiolog berfokus pada penanganan konflik di lingkup sosial yang lebih besar. Tetapi prinsip yang digunakan hampir sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun