Mohon tunggu...
Joseph Imanuel Setiawan
Joseph Imanuel Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Joseph IS

Cerdas adalah mengenal diri dan menjadi dewasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setiap Perempuan Bisa Teruskan Perjuangan Kartini

22 April 2021   10:57 Diperbarui: 22 April 2021   17:39 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi walaupun memang secara fisik, laki-laki memiliki hormon yang memungkinkan memiliki masa otot yang lebih besar dari perempuan, tapi bukankah tenaga seseorang bisa dibandingkan dari berat badannya? Saya seorang yang kurus. Suatu saat di jalanan yang berbatu, saya berjalan dengan dua teman perempuan saya. Salah satu meminta saya memegangi nya karena takut jatuh. Tapi jika dilihat- lihat mereka memiliki badan yang  jauh lebih besar, tapi mungkin masih terbilang ideal dibanding saya yang kurus dan kurang ideal. Bukankah jika dia jatuh, saya pun akan ikut jatuh? Jadi sebenarnya kuat secara fisik sangat relatif dan dapat dilatih.

Selalu benar atau salah

Tradisi adat yang sedari dulu menempatkan laki-laki di posisi lebih tinggi dan sebaliknya membuat munculnya gagasan emansipasi wanita. Tapi tampaknya, kebiasaan dari setiap perempuan yang sudah terlanjur terbawa dengan tradisi adat. Di satu sisi, ada perempuan yang masih dianggap harus melayani suaminya saat sudah menikah,  yang membuat perempuan tak memiliki kebebasan. Di sisi lain, karena adanya tuntutan seorang laki-laki yang harus berjuang dan membuat keputusan saat akan memiliki hubungan, atau istilahnya 'mengejar', sehingga ada perasaan dari perempuan yang harus 'dikejar'. Paham ini jika terlalu berlarut-larut akan tak baik pula. Lama-kelamaan keadaan akan berbalik, seakan-akan laki-laki lah yang melayani perempuan, karena kebiasaan 'dikejar' tersebut terkesan seorang perempuan menuntut banyak hal kepada laki-laki agar diterima.

Berprofesi

Emansipasi wanita saat ini terkadang menjadi salah kaprah. Pengertian kesetaraan perempuan yang ada dinilai sekedar saat perempuan sudah bisa menempati posisi seorang laki-laki. Padahal seharusnya tak hanya seperti itu, kesetaraan harus dilihat dengan sudut pandang persamaan hak.

Yang terpenting sebenarnya bukan soal seorang perempuan bisa bekerja di satu perusaahaan atau menempati posisi yang tinggi atau juga bisa berbisnis sendiri. Tapi kesetaraan yang dimaksud bisa dimaknai dari kebebasan seorang perempuan untuk mengembangkan potensi dan bakatnya, bahkan menekuni passion/gairah nya. Sementara itu, ibu rumah tangga sebaiknya tak dipandang lagi sebagai profesi yang bisa dipilih. Pekerjaan rumah tangga sebaiknya dipandang sebagai tanggung jawab yang harus dikerjakan, bukan sebagai job desc. Tapi, karena itu adalah tanggung jawab, sebenarnya pekerjaan rumah tangga bisa dibantu oleh anggota keluarga lain, sebagai sesama penghuni rumah. Sehingga pekerjaan rumah tangga tak membebani seorang perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun