Mohon tunggu...
Joseph Imanuel Setiawan
Joseph Imanuel Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Joseph IS

Cerdas adalah mengenal diri dan menjadi dewasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menemukan Arti Rumah Sesungguhnya Selama di Rumah Saja

25 Februari 2021   17:28 Diperbarui: 25 Februari 2021   17:46 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan kondisi pandemi sekarang ini, kita sudah terbiasa melakukan banyak hal di rumah. Sehingga banyak dari kita tersadar bahwa tak ada yang lebih nyaman dari rumah sendiri. Rumah atau tempat tinggal sudah menjadi kebutuhan primer atau pokok yang menjadi salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi. Melindungi tubuh dari panas yang terik dan dingin yang menusuk tulang ataupun hujan yang dapat turun kapan saja.

Manusia kuno mempunyai kehidupan yang tak menentu. Mereka harus tinggal berpindah-pindah untuk dapat mendapatkan sumber makanan. Sampai akhirnya mereka mempelajari tentang sumber makanan dan mengolahnya sendiri, sehingga mereka bisa menentukan tempat tinggal mereka. Mereka biasanya menempati suatu gua sebagai tempat tinggal dan berlindung dari keadaan alam liar. Namun kini, arti dari rumah sudah berbeda. Tak sekedar tempat untuk tinggal, tapi banyak artinya bagi manusia masa kini. Bahkan rumah itu sendiri dapat menjadi lumbung bisnis dan mata pencaharian. Lalu apa sebenarnya pengertian rumah yang sebenarnya?

Jika mengacu pada wikipedia, rumah digambarkan sebagai bangunan yang dijadikan tempat tinggal dalam jangka waktu tertentu.Tapi secara khusus rumah berbicara tentang keluarga, hidup, makan, beraktivitas, dll. Sedangkan secara psikologis, rumah lebih mengarah kepada situasi dan kondisi yang terbentuk di dalam suatu lingkup kehidupan. Pergeseran arti rumah bagi manusia sangat terpengaruh juga dengan tuntutan yang ada sekarang ini. Dulu tempat tinggal disesuaikan dengan lokasi pengolahan makanan seperti berkebun, bertani, beternak, atau sering dengan kebudayaan food producing. Sekarang tempat tinggal tak terlalu terpengaruh dengan lokasi pengelolaan makanan, khususnya di perkotaan makanan dapat dibeli dari food producen/pengolah makanan.

Kembali ke tahun 1998, kita mengenal satu grup musik rok yang mengeluarkan lagu yang berjudul 'Rumah kita'. Di lagu itu God Bless, nama grup band tersebut, menggambarkan arti rumah bagi mereka. Mereka sangat nyaman dan merasa kagum akan rumahnya. Mereka menggambarkan juga bagaimana kenyaman dan kedamaian tinggal di rumah. Mereka sangat bangga dengan rumah mereka. Di satu penggalan lirik di awal lagu, mereka menjabarkan tentang keadaan rumah mereka secara fisik yang hanya beratapkan jerami yang menunjukan hidup dalam kesederhanaan.

Tapi ada pula lagu yang dipopulerkan oleh salah satu grup musik yang legendaris juga, yaitu 'Kolam Susu'. Di lagu tersebut mereka sangat membanggakan rumah mereka yang sangat kaya dan bagaikan tanah surga, yaitu indah nan ajaib. Sehingga melalui lagu ini mereka ingin menyampaikan bahwa alam yang begitu indah yang kita tempati bisa juga diartikan sebagai rumah, yaitu tempat kita tinggal.

Sebagai tempat kita tinggal sehari-hari, rumah fisik pasti harus nyaman untuk ditinggali. Menata barang-barang pada tempatnya, menyapu dan mengepel lantai supaya bersih, begitu pula dengan meja dan lemari supaya tak berdebu, dan juga yang terutama adalah kamar tempat kita akan menghabiskan malam untuk menyambut pagi hari selanjutnya dengan semangat dan tubuh yang sehat. Jika ada bagian yang rusak, kita akan memperbaikinya, jika catnya sudah kusam akan dicat ulang, begitu pula dengan perabotan yang sudah tak terpakai akan dibuang agar tak menumpuk dan memakan tempat, ataupun sarang binatang.

Lingkungan sekitar yang nyaman juga dapat menunjang kehidupan kita yang tinggal di sana. Termasuk arti rumah secara fisik, lingkungan tempat kita tinggal sangat mempengaruhi kenyamanan. Untuk penduduk kota pasti sudah menjadi makanan sehari-hari melihat dan merasakan kota yang sudah hampir gersang, dengan kepadatan penduduk dan polusi kendaraan bermotor, belum lagi kondisi stres karena persaingan kerja yang ketat. Bangan kita akan membandingkan kondisi kota ini dengan pedesaan yang jauh lebih ramah. Alam yang masih asri, kendaraan dan polusi yang lebih minimal, dan juga kondisi stres yang lebih rendah karena kehidupan yang lebih sederhana, tapi adanya keterbatasan peluang pendapatan.

Kemudian, adapun arti rumah non fisik bisa dimengerti sebagai kondisi sosial yang sedang kita tempati dan hidupi secara luas. Kehidupan sosial tak akan dengan baik terjalin jika tak ada batasan-batasan tertentu. Jika tak ada batasan-batasan tersebut, maka setiap orang mampu berbuat sesuka hatinya dan saling merugikan. Dengan perkembangan populasi yang sangat pesat sehingga manusia saling berkumpul dan tinggal di suatu wilayah tertentu. Untuk memastikan status atau identitas setiap orang berdasarkan wilayah tempat tinggalnya, maka dibentuklah batas-batas hukum suatu wilayah. Sehingga dari sanalah terbentuk negara, pulau, provinsi, dan kota. Maka dari sini terbentuklah tempat tinggal secara fisik maupun non fisik yaitu norma atau hukum dan aturan main.

Sayangnya sekarang, semuanya sudah tak seindah itu lagi. Banyak masalah yang menghantui sehingga membuat tinggal tak nyaman. Banyak rumah yang ditinggal sudah tak layak untuk dihuni lagi. Atap yang bocor, terkena banjir, ataupun tak mendapat listrik dan air bersih yang dipakai sehari-hari. Membuat hidup bukannya sekedar sederhana tapi susah. Begitu juga alam yang sudah banyak rusak karena perbuatan manusia yang menempatinya. Sampah yang berserakan dimana-mana; di tanah, di sungai, di laut, semuanya merusak pemandangan mata. Belum lagu akibat yang sangat berbahaya yang dapat mengakibatkan banjir yang berdampak sangat buruk bagi keselamatan dan kenyamanan hidup. Kerusakan alam lainnya juga yang sebenarnya sangat banyak yang juga berakibat langsung ataupun tidak, yang walaupun sudah diketahui, tidak juga diusahakan.

Di luar itu, keadaan rumah non fisik kita juga sama tak baiknya. Ketegangan di sana-sini, konflik, ketidakadilan, antipati, sentimen, prasangka buruk, saling menghina dan menjatuhkan sudah menjadi makanan sehari-hari. Membuat kehidupan sosial makin berjarak dan beresiko dengan kejatuhan manusia. Bahaya yang mengintai manusia saat berjuang sendiri dan tinggal saling terpisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun