Mohon tunggu...
Jose
Jose Mohon Tunggu... Guru - Saya Hose merupakan seorang guru. Saya memiliki pengalaman mengajar masih sangat mudah, kurang lebih empat tahun. Dan saya memiliki kesempatan menulis kolaborasi serta memiliki karya pribadi.

Saya Hose merupakan seorang guru. Saya memiliki pengalaman mengajar masih sangat mudah, kurang lebih empat tahun. Dan saya memiliki kesempatan menulis kolaborasi serta memiliki karya pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Murid Bukan Pabrik

14 Februari 2023   09:06 Diperbarui: 14 Februari 2023   09:17 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika mendengar kata pabrik, saya terkesima dengan hasil produksi barang dengan label yang sama. Hasil produksi barang diproses menggunakan alat yang sama sehingga hasilnya pun sama. Bila ditilik dari artinya, pabrik adalah bangunan dengan perlengkapan mesin tempat membuat atau memproduksi barang tertentu dalam jumlah besar untuk diperdagangkan (https://kbbi.web.id/pabrik). Istilah ini terletup ketika saya mengamati murid yang memiliki semangat belajar menurun. Tentu saja mereka bosan dengan pembelajaran online, jenuh mengerjakan tugas terus-menerus.  Mereka terlihat diam dan akan berkata sesuatu apabila ditanya oleh guru. Mereka pun menjawab seadanya, tanpa semangat.

 Terhenyak, ketika melihat murid demikian. Apa yang harus saya lakukan untuk mereka demi memotivasi mereka semangat belajar? Mencari cara adalah usaha yang saya pikirkan pada saat itu. Saya mencoba bertanya kepada mereka dengan penuh canda tawa: rek (sebutan anak-anak dalam bahasa Suroboyoan) penah belajar tentang media canva dan padlet ta? Pertanyaan ini saya ajukan ke murid.  Dalam mengajukan pertanyaan, saya menggunakan bahasa keseharian mereka. Saya merasa ketika menggunakan bahasa keseharian mereka, saya diterima oleh mereka. Mereka kelihatan lebih aktif menjawab pertanyaan saya.

Salah seorang murid menjawab, belum pernah pak. Serentak mereka menjawab, kami mau pak jika belajar media tersebut. Saya pun meras bahagia. Saya sempat berpikir sejenak, ternyata ketika saya menggunakan bahasa tidak formal, bahasanya mereka justru memberikan daya yang luar biasa. Mereka semakin welcome, merasa menikamti serta termotivasi untuk belajar.

Bahasanya murid sangat berdampak positif ketika saya melakukan komunikasi sebelum mendesain sebuah proses pembelajaran. Komunikasi yang baik, saya temukan adalah komunikasi terpusat pada dunianya murid. Guru perlu mengetahui dan bahkan menggunakan bahasa "gaul-nya" sebagai alat komunikasi investigasi belajar. Pengunaan bahasa dapat disinkronkan dengan kebutuhan murid di daerah masing-masing.

Pandailah berbahasa sebagai alat ampuh menarik murid kedalam proses belajar. Dari bahasa yang digunakan menumbuhkan usaha inovatif belajar. Belajar terpusat dari murid. Kebutuhan murid harus diolah oleh guru sebelum mendesain pembelajaran. Cara yang sederhana justru memberikan manfaat keberlanjutan. Guru dapat mempersiapakan proses belajar yang sesuai dengan kebutuhan murid. Ini adalah salah satu cara merdeka belajar. Apakah ini sudah cukup?

Saya ingin mereka berubah, mereka harus memiliki semangat ketika mengikuti pemelajaran saya. Demi mengatasi masalah tersebut, saya lakukan adalah mendesain pembelajaran sesuai denga apa yang mereka inginkan. Saya mencoba menerapkan diferensiasi belajar. Diferensiasi belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk memanfaatkan potensi dan human skill murid dalam belajar. Diferensiasi sangat memperhatikan kemampuan yang dimiliki oleh murid masing-masing. Walaupun dalam proses pembelajaran menerapkan diferensiasi belajar, namun tujuan akhir pembelajaran adalah peningkatan kompetensi murid. Saya menerapkan komptensi pada pelajaran agama adalah murid mampu menggunakan media digital sebagai sarana pewartaan iman dengan cara  membuat infografis atau poster dengan media canva. Dan mereka menggunakan mendesain informasi tertulis bermuatan gambar pada media padalet. Media padlet sangat menarik karena saya saya dapat menerapkan cara berliterasi menyampaikan  gagasan, menulis, membaca.

Sebelum menerapkan cara tesebut, saya pertama-tama melakukan assessment diagnosis. Beberapa pertanyaan yang saya ajukan kepada murid melalui goole form adalah pertama, apakah anak-anak pernah mengenal media canva untuk mendesain poster dan padlet untuk membuat tulisan dengan muatan gambar? Apakah anak-anak pernah mendesain poster? Apakah anak pernah membuat tulisan dengan ganbar secara digital?

Usaha yang saya lakukan ini adalah cara untuk mengetahui kemampuan dan kebutuhan murid. Ketika saya mengetahui hal tersebut maka dalam prosesnya tentu memerdekakan murid. Murid dapat melakukan secara lebih leluasa terutama menggunakan media canva dan padlet. Dalam proses ini, murid dapat menentukan cara belajar nyaman, melakukan sesuatu yang ia inginkan namun masih berpedoman pada etika dan pengembangan kompetensi diri.

Cara merdeka belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh guru untuk memahami kebutuhan murid dan ia merasa terlibat didalamnya. Secara psikologis murid merasa nyaman berada bersama gurunya sehingga ia mampu mengatur self-regulated belajrnya. Self-regulated merupakan sebuah istilah penting dalam konsep merdeka belajar. Konsep ini diungkapakn oleh Ki Hajar Dewantara.

Menerapkan proses pembelajaran berpusat pada murid (self-regulated) dapat membentuk komitmen pendidikan dan pengajaran yang mengedepankan pemberdayaan murid belajar secara mandiri. Cara tersebut, saya lakukan ketika proses pembelajaran yang didesain dengan konsep Literasi Teknologi Eduteimen (LTE).

Dalam melaksanakan proses pembelajaran (LTE) saya mencoba melakukan demonstrasi penggunaan media belajar canva dan padlet demi membangkitkan semangat eksplorasi murid. Investigasi awal telah dilakukan, proses pengarahan telah di berikan kepada murid. Langkah selanjutnya adalah murid melakukan literasi digital, membaca dan menulis pada media padlet dan canva murid diminta untuk membuat poster dan majalah online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun