Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar dari Rusa yang Menjaga Sarang Angsa

9 April 2011   15:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13023638762019745684

(Ilustrasi gambar diambil dari http://internasional.kompas.com/read/2011/04/09/11183290/Seekor.Rusa.Menjaga.Sarang.Angsa)

Tadi siang setelah membaca artikel unik tulisan Egidius Patnistikyang dipostingSabtu, 9 April 2011 pukul 11:18 WIB di kompas.com, saya jadi terevaluasi secara pribadi. Di tengah krisis kasih yang dialami manusia di dunia, ternyata ada teladan yang diberikan oleh seekor rusa yang selama beberapa hari telah menjaga angsa betina yang sedang mengerami telur di sebuah kompleks pemakaman di New York.

Malu rasanya sama diri sendiri ketika mengingat apa yang dilakukan Rusa itu. Paling tidak ada 3 teladan yang diberikan oleh si Rusa jantan jantan itu kepada saya.

Pertama, kepedulian sebagai sesama. Selama ini saya hanya peduli dengan diri sendiri dan keluarga. Kalau mendengar tentang bagaimana orang-orang yang mengalami kelaparan, kedinginan dan hidup yang tidak layak (di Indonesia banyak sekali yang demikian), saya cenderung untuk acuh tak acuh. Saya teringat dengan seorang sahabat yang berkata “kalau kita dikasi lebih artinya, Tuhan ingin supaya kita membaginya kepada orang lain yang kekurangan”. Hal itu sama relevannya jika saya melihat ada sesama yang telanjang dan kedinginan, seharusnya tidak sulit bagi saya untuk membagi satu saja baju milik saya.

Kedua, saling melindungi sebagai sesama. Rusa tersebut menempatkan dirinya sebagai pelindung dari setiap mobil atau pejalan kaki yang mendekati sarang angsa itu, memandang dengan tajam sampai orang yang mungkin bakal jadi agresor berlalu. Luar biasa teladan yang ditunjukkan Rusa itu. Tidak mengkuatirkan dirinya sendiri tapi justru menunjukkan sikap heroik. Bagi saya ini bukanlah sikap sok jadi pahlawan, tapi begitulah seharusnya saya sebagai manusia menunjukkan sikap berani melindungi sesama yang lebih lemah. Akhir-akhir ini, yang terjadi justru banyak orang yang menggunakan kekuatannya untuk menindas yang lemah. Apapun alasan yang dipakai, bagi saya itu adalah sikap merasa diri paling benar, merasa lebih benar dengan menyakiti ketimbang mengasihi. Tapi apa yang saya lakukan ketika menyaksikan itu? Terlalu sering saya diam, dan penyebabnya hanyalah karena tidak peduli dan rasa takut saya. Bagaimana kalau seandainya hal yang sama itu terjadi pada saya? Pasti saya berharap ada orang yang berani melindungi.

Ketiga, berkorban demi kasih sayang yang mendalam sebagai sesama. Hal yang mungkin saja justru bisa dialami oleh si Rusa adalah kehilangan nyawanya. Ketika pegawai pemakaman mendekati angsa tersebut dengan membawa jaring dengan maksud menangkap dan menempatkan kembali angsa liar itu, rusa jantan tersebut menempatkan dirinya di antara pegawai dan unggas tersebut. Jika pegawai pemakaman itu nekat untuk menangkap si angsa dan rusa melindunginya, maka bukanlah tidak mungkin jika sebutir peluru mengenai dadanya. Tapi Rusa itu terlihat rela berkorban bagi si angsa. Dia telah mempraktekkan artinya berkorban karena kasih sayang yang besar. Yang saya maksudkan bukanlah kita siap mati konyol, itu juga tidak tepat, tapi lebih kepada memiliki karakter yang kuat untuk rela berkorban. Contoh sederhana rela berkorban untuk sesuatu yang benar. Kalau ada hak dari sesama saya yang terabaikan, seharusnya saya bicara dan ikut memperjuangkannya. Seberapa gerah saya melihat korupsi yang merajalela? Korupsi yang mengambil uang anak negeri ini, padahal mereka menangis, kelaparan, kedinginan dan menderita. Berkorban demi kasih sayang yang mendalam sebagai sesama secara sederhana juga seharusnya dapat saya tunjukkan dengan melaporkan praktek-praktek korupsi yang terlihat di sekitar. Tapi beranikah saya melakukannya?

Ampunilah saya Tuhan, jika sebagai manusia saya jauh lebih buruk dari seekor rusa. Dalam diri ini terbersit kuat ingin sungguh-sungguh belajar menjadi sesama, semoga.

(Jose Hasibuan)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun