Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Mengembangkan Pembelajaran yang Bermakna di Masa Pandemi?

3 November 2020   19:04 Diperbarui: 4 November 2020   10:49 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (FREEPIK/RAWPIXEL.COM) via Kompas.com

Keluhan soal Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sepertinya memang tak ada habisnya. Di awal pelaksanaan PJJ, keluhan yang mengemuka soal kebingungan guru bagaimana mengajar daring dan keterbatasan siswa belajar secara daring baik dari segi penguasaan materi juga terkait sulitnya jaringan internet.

Berselang lebih 6 bulan PJJ, muncul kembali keluhan banyak siswa yang mengaku bosan dan kelelahan dengan pembelajaran daring. Tak sedikit juga siswa yang mengeluh karena dibebani berbagai tugas dari berbagai mata pelajaran, sehingga tidak sempat beristirahat.

Baik siswa maupun guru sebenarnya merasakan hal yang sama, jam sekolah terasa lebih melelahkan dibandingkan jam sekolah secara tatap muka. Dalam pembelajaran tatap muka di kelas dalam kondisi normal, tugas guru sebenarnya selesai di saat jam pelajaran usai.

sisternet.co.id
sisternet.co.id
Namun sekarang, guru harus menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan bahan ajar, melaksanakan pembelajaran online hingga melakukan asesmen tanpa berbatas waktu. Di waktu istrirahat pun, guru harus melayani pertanyaan siswa dan orangtua terkait pembelajaran yang akan dan telah dilaksanakan.

Tak sedikit juga guru yang mengeluh soal ketercapaian pembelajaran. Rasanya sudah berusaha mati-matian mengajar, namun masih saja beban kurikulum sepertinya tidak dapat dicapai dengan sempurna. Tak hanya siswa yang lelah secara psikis, guru pun mengalaminya.

Lantas, langkah apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi berbagai tantangan terkait kurikulum ini? Jika kita telah berusaha menerapkan tujuan, prinsip dan pendekatan PJJ dengan baik, apa lagi yang perlu guru pikirkan terkait kurikulum?

Sesuai dengan Surat Edaran Kemdikbud Nomor 15 Tahun 2020, PJJ dilakukan tidak hanya untuk tetap melindungi seluruh warga satuan pendidikan dari penularan dan penyebaran wabah Covid-19, tetapi juga untuk memastikan agar setiap peserta didik mendapatkan haknya untuk tetap bisa belajar, serta memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik, peserta didik dan orangtua.

Dalam pelaksanaannya, PJJ terutama dilakukan dengan prinsip untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, serta prinsip pendidikan yang berfokus pada pendidikan kecakapan hidup.

Berdasarkan pada tujuan dan prinsip utama tersebut, sebenarnya penyelesaian materi dan beban kurikulum tidak lagi menjadi prioritas pembelajaran pada masa pandemi Covid-19. Lalu, bagaimana berfokus pada prioritas utama dalam pelaksanaan PJJ?

Konsep Kurikulum pada Kondisi Khusus
Pelaksanaan kurikulum pada kondisi khusus bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi satuan pendidikan untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik.

Pada dasarnya, ada tiga pilihan terkait kurikulum yang dapat diambil oleh sekolah. Ketiga pilihan itu adalah tetap mengacu pada Kurikulum Nasional, menggunakan kurikulum pada kondisi khusus atau melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun