Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Father is Every Daughter's First Love

23 Oktober 2020   22:28 Diperbarui: 3 November 2020   22:02 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan Anak Perempuan Saya | Dokpri

Waktu itu usia putri saya baru memasuki 4 tahun. Sebenarnya saya juga kuatir, kalau-kalau ia merengek sepanjang malam karena rindu ibunya. Beberapa orang pun mengingatkan saya, bisa saja ia akan demam di awal-awal perpisahan itu.

Namun, sekali lagi, putri kecil saya ini sangat kooperatif. Tidak sekalipun ia menangis ketika akan tidur malam. Video call WhatsApp cukup membantunya untuk tetap merasakan kehadiran ibunya meski secara virtual.

Hampir setiap malam ia dapat tidur nyenyak sebagaimana biasanya. Sekali-kali saat pagi tiba dan saya akan berangkat untuk bekerja, ia merengek untuk ikut. Sempat juga beberapa kali saya turut membawanya ke kantor bersama saya jika pekerjaan tidak terlalu sibuk.

Suatu kali pernah ia demam. Suhunya waktu itu melebihi 39 derajat. Saat-saat panik mulai datang, tetapi saya berusaha untuk tetap tenang.

Tetapi, meskipun suhunya terbilang tinggi mendekati 40 derajat, putri saya tetap ceria dan bermain-main seperti biasanya. Ini jugalah yang tetap membuat saya tenang dan berpikir positif, meskipun akhirnya saya juga membawanya ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut.

Saat-saat demam itu, ia memang lebih manja dari biasanya. Ketika tidur, ia selalu memegang tangan saya dan menempelkan badannya ke badan ayahnya. Kehadiran saya di dekatnya, memberi kenyamanan padanya dan membuat ia bisa tidur dengan baik.

Saya bersama putri saya di Kebun Biantang | Dokpri
Saya bersama putri saya di Kebun Biantang | Dokpri

Pengalaman itu menjadi pengalaman yang sangat berarti untuk saya dan anak perempuan saya itu. Menjadi modal berharga bagi kami berdua untuk bisa saling membangun bonding satu dengan yang lain sebagai ayah dan anak perempuan.

Tentu saja, komunikasi di antara kami berdua tidak selalu diwarnai gelak dan tawa. Terkadang saya juga sulit menahan emosi jika putri saya itu melakukan satu kesalahan. Ia pun tahu saat-saat saya sedang marah.

Biasanya ia akan sangat sedih kalau saya memarahinya. Namun dengan pembicaraan dari hati ke hati antara ayah dan anak perempuan, ia pun mengerti mengapa saya marah dan kemudian dengan segera ia mengucapkan janji dari bibir kecilnya, tak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Saya percaya bahwa "Father is Every Daughter's First Love". Juga bagi anak perempuan saya. Karena itu, saya selalu bertekad memberikan cinta yang besar, tulus dan tak terlupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun