Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara "Pejabat" dengan Orang Melayu, Minang dan Tionghoa

3 Juni 2020   17:35 Diperbarui: 4 Juni 2020   09:24 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain dekat dengan kelima suku di atas, sebenarnya saya juga mengenal teman-teman lain dari suku sunda, bali, menado, ambon, papua, dll. Beberapa saya kenal saat sedang studi lanjut di salah satu Universitas negeri di pulau jawa.

Memiliki banyak teman dari berbagai suku dan agama, membuat saya makin mengagumi kekayaan budaya Indonesia yang sangat beragam. Kelak jika ada kesempatan, saya juga sangat terbuka mengenal lebih dalam budaya dan suku-suku lainnya di Indonesia.

Saat mendengar kasus George Floyd yang berujung rusuh di Amerika Serikat akhir-akhir ini, saya turut menyesalkan mengapa kejadian ini sampai terjadi. Meski tidak mengetahui secara persis duduk persoalannya, tetapi kejadian ini telah menyulutkan isu SARA ke permukaan. Sesuatu yang patut disayangkan terjadi pada suatu bangsa yang besar seperti Amerika Serikat.

Indonesia memiliki banyak kemiripan dengan Amerika Serikat soal keragaman SARA. Kejadian seperti ini bisa dan mungkin saja terjadi juga di Indonesia. Beberapa kasus di masa silam mengingatkan, bahwa bangsa kita yang juga beragam suku, ras dan agama, berpotensi besar untuk mengalami hal yang serupa.

Saya pikir, tidak ada satu bangsa pun di dunia ini yang imun terhadap isu pertikaian dan perpecahan akibat perbedaan suku, ras dan agama, termasuk Indonesia. Tetapi tentu kita tidak ingin membuat SARA yang sebenarnya adalah kekayaan bangsa, justru menjadi alasan dan kambing hitam untuk berseteru.

Perjalanan sejarah bangsa Indonesia, saat bersama berperang melawan penjajah untuk merebut kemerdekaan, tidak boleh dilupakan dan hanya menjadi catatan sejarah semata. Semangat bhinneka tunggal ika yang menjadi semboyan bersama dan terpatri jelas pada lambang negara seharusnya terus mengingatkan bahwa meski kita berbeda-beda tetapi tetap satu jua dalam bingkai NKRI.

Tugas kita sebagai generasi masa kini adalah mengisi pembangunan agar kita terus maju menjadi bangsa yang besar dan beradab sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. 

Setiap perbedaan harusnya saling memperkaya, bukan justru membuat penghalang untuk maju bersama. Kita harus membuang jauh-jauh sikap provokatif yang dapat menimbulkan perpecahan dan terus meningkatkan rasa kebersamaan di tengah perbedaan yang ada.

Saya sudah membuktikan, dari kecil hingga dewasa sekarang, perbedaan tidak pernah menjadi masalah. Justru saya sangat bersyukur lahir dan dibesarkan di tengah perbedaan. Karena dengan perbedaan yang ada justru membuat saya semakin kaya dan berpikiran terbuka. Saya meyakini, meskipun kita "Beda SARA Tetap Saudara".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun