Mohon tunggu...
Jordi Sahat
Jordi Sahat Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa STFK Ledalero

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Menulis Tak Kenal Putus Asa

25 Februari 2020   18:30 Diperbarui: 4 September 2021   13:58 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di tengah perkembangan teknologi, sebagian besar orang tidak lagi menyibukkan dirinya untuk membaca buku. Orang lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar handphone. Namun, berbeda dengan Pak Sito. Dalam kesehariannya, dia selalu meluangkan waktu untuk membaca buku tanpa meninggalkan pekerjaannya yang lain. Dia sangat pandai mengatur waktu. Suatu kehormatan bagi saya ketika itu, ia meluangkan waktunya dan mengindahkan undangan saya untuk bertemu beliau.
Dalam pertemuan kali itu, timbullah  dalam diri saya keinginan untuk terus menulis. Hal ini terjadi, karena saya termotivasi dengan sosok beliau yang sangat sederhana, tetapi penuh dengan ide-ide berlian dalam dirinya. Sebelum kita lanjut, saya ingin memperkenalkan secara singkat sosok Pak Sito. Beliau adalah putra pertama dari Bapak Zakarias dan Ibu Sebina. Beliau menjadi panutan dalam keluarga besarnya. Ia sangat sopan dan bijak dalam memberikan keputusan. Pak Sito juga merupakan seorang penulis yang terkenal dan telah menulis buku dengan pelbagai macam judul. Terlepas dari itu, dalam perbincangan dengannya, banyak hal yang beliau seringkan terutama dalam hal menulis.  Beliau juga menyampaikan demikian "pada dasarnya, setiap orang itu bisa menulis, tetapi tidak semua orang bisa membahasakan sesuatu itu dengan baik dan mempertanggungjawabkan tulisannya itu dengan baik pula. Hal ini tergantung dari pribadi orang tersebut, sejauh mana ia memahami dan menempatkan dirinya dalam tulisannya tersebut." Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa menjadi penulis itu harus renda hati dan siap menerima kritikan. Sebab, terkadang apa yang kita tulis tidak memberikan solusi yang preventif bagi pembaca dan bisa jadi pemahaman pembaca tidak sampai pada inti tulisan kita. 

Pada pertemuan kali itu juga, saya menceritakan semuannya kepada beliau terkait dengan kendala dan hambatan bagi saya ketika mulai menulis. Mungki setiap orang khususnya pemula dalam menulis mengalami hal yang sama seperti yang saya alami, di mana saat mulai menulis tidak tahu apa kata atau kalimat pertama yang mau ditulis. Selain itu, saya juga kurang baca. Padahal menurut Pak Sito dan penulis-penulis terkenal lainnya, "jika ingin menjadi penulis, rajinlah membaca. Sebab dengan membaca cakrawala pemikiranmu akan semakin luas. Sejatinya, penulis tidak saja menulis apa yang dipahaminya, tetapi lain daripada itu, penulis juga mesti memahami apa yang ditulis oleh orang lain." 

Ketika itu juga, saya menceritakan kepada beliau terkait dengan minat saya dalam menulis semakin kurang. Hal ini disebabkan oleh kegagalan-kegagalan yang saya alami berulang kali. Saat itu, beliau menyampaikan "Kegagalan adalah salah satu hal yang paling saya benci dalam hidup. Namun, dari kegagalan juga saya belajar untuk terus berusaha. Seperti apa yang disampaikan pepatah, kegagalan bukan merupakan akhir dari perjuangan kita, tetapi kegagalan merupakan awal dari kesuksesan. Dan yang paling penting di sini adalah bagaimana kita bangkit dari kegagalan itu."  Pernyataan inilah yang menyadarkan saya betapa pentingnya bangkit dari kegagalan. Lebih lanjut, Pak Sito juga mengatakan demikian: "Sudah diamini bahwa tidak ada orang yang hidup tanpa mengalami kegagalan. Orang sukses tidak semata-mata dia langsung sukses, tetapi dia berjuang untuk melewati lika-liku kehidupan yang penuh dengan tanda tanya dan dalam melewati semuanya itu ia pasti mengalami kegagalan. Namun, dia mampu dan belajar dari kegagalan itu untuk mengubah cara pandangnya terkait dengan hidup dan pekerjaannya. Sama halnya juga dengan menulis. Setiap penulis pasti mengalami kegagalan, baik besar maupun kecil."

"Apa yang kita tulis itu belum tentu bagus. Tetapi sejelek-jeleknya isi tulisan tersebut, kita mesti  menghargai atau mencintainya. Yang mesti dilakukan adalah mengubah dan melihat kembali formulasi dan isi kalimat dalam tulisan itu, sehingga menarik untuk dibaca oleh orang lain. Selain itu, kita juga harus memperhatikan makna dan keindahan tulisan itu. 

Sejak pertama saya menulis, saya mengalami kegagalan seperti yang saudara alami sekarang. Tetapi, saya terus belajar dan membaca tanpa ada keinginan untuk berhenti menulis, sehingga pada akhirnya apa yang saya tulis dinikmati dan menjadi bacaan orang banyak. Oleh karena itu, saya sarankan kepada semua anak muda khusus untuk saudara "teruslah menulis dan jangan pernah putus asa karena kegagalan, tetapi belajarlah dari kegagalan itu agar menjadi  penulis yang digemari orang banyak."

Belajar dari Pak Sito

Sebelum perbincangan dengan Pak Sito terjadi, saya telah gagal memahami arti dan pentingnya menulis. Ketika dalam diri saya timbul keinginan untuk menulis, saat itu juga muncul rasa kurang percaya diri. 

Namun semenjak bertemu dengan beliau dan membicarakan banyak hal terkait dengan menulis, saya mulai menyadari bahwa betapa pentingnya  menulis dan sangat disayangkan ketika kita tidak memanfaatkan kemapuan kita dengan baik dan cepat putus asa karena kegagalan. 

Pak Sito melihat bahwa kita terpenjara dalam rasa tidak percaya diri karena kegagalan tanpa kita menyadari bahwa tidak semua orang bisa menuangkan idenya dalam tulisan. 

Kita patut bersyukur karena mampu menuangkan ide-ide itu dalam tulisan, sekalipun tulisan tersebut belum mendekati kesempurnaan. Karena untuk mendekati kesempurnaan dalam menulis, kita melewati proses. Dalam proses inilah kita bisa mengetahui sejauh mana kemampuan kita dalam hal menulis.

Sejatinya, menulis itu sesuatu yang sangat sulit dilakukan ketika tidak mencobanya terlebih dahulu. Karena itu, apa salahnya mencobanya terlebih dahulu tanpa langsung mengklaim bahwa tulisan kita tidak itu baik. Penulis sama halnya dengan seorang petani, dia tidak mungkin langsung menuai tanpa ia menabur. Demikian pun penulis, dia tidak mungkin disebut penulis kalau dia tidak menulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun