Mohon tunggu...
Jordan Adhikara
Jordan Adhikara Mohon Tunggu... Ilmuwan - mahasiswa biasa

mahasiswa biasa kuliah jarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konflik dalam Pandangan Karl Marx

17 Juli 2021   00:31 Diperbarui: 17 Juli 2021   00:34 2190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Teori Konflik Marx

            Konflik merupakan  bentuk kenyataan sosial dimana saja. Baik itu dalam lingkup antar individu, organisasi hingga negara. Peletak dasar dari teori konflik ialah Karl Marx, baginya konflik sosial adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan asset-aset yang bernilai (Saho:2021). Ruang lingkup yang menjadi analisis Marx ialah proses produksi barang-barang material yang dalam hal ini terbentuk dua stratifikasi sosial yaitu kelompok kapitalis dan protelariat.

            Menurut pandangan klasik ini, cara produksi (mode of production) dapat menyebabkan kelompok sosial karena kepemilikan sarana-sarana produksi yang dimiliki kaum kapitalis menghasilkan hasil-hasil produksi dengan harga yang lebih besar karena adanya target untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya. Sementara itu, dari sisi proletariat dengan kuantitas yang besar hanya memperoleh sedikit upah dari apa yang mereka kerjakan. Bahkan cenderung tidak mampu untuk memperoleh barang yang mereka produksi.

            Konsep lain yang terdapat dalam teori konflik Marx ialah alienasi. Alienasi ialah adanya keterasingan dalam diri kaum proletariat karena mereka diperlakukan sebagai alat produksi secara mekanik, bahkan mereka juga tidak memperoleh apapun kecuali upah. Selain itu, mereka juga terasing dari pekerja lainnya dan kemampuan manusiawi lainnya hal ini tentu disebabkan kepatuhannya kepada mesin.

            Marx juga memisahkan dua struktur secara tajam dalam pemikirannya, yaitu basis dan superstruktur. Basis dalam hal ini ialah ekonomi sedangkan superstruktur mencakup agama, politik, kebudayaan, dan pendidikan. Sumber konflik tentu terjadi dalam basis atau perekonomian.

            Pandangan Marx dalam meninjau konflik dikategorikan sebagai konflik structural. Hal ini disebabkan pandangannya yang meninjau konflik secara makro. Solusi yang ditawarkan dalam penyelesaian konflik ini ialah melalui perubahan sistem produksi barang-barang agar dapat dinikmati hasilnya secara kolektif.

            Beberapa kritik atas pemikiran konflik Marx ini ialah terlalu menitikberatkan kepada ekonomi atau basis. Sehingga mengabaikan aspek lain diluar hal itu. Dengan kata lain, pemikiran Marx ini terlalu determinisme ekonomi.

Relevansi Pemikiran Konflik Marx dengan Organisasi

            Pemikiran dalam meninjau konflik secara sederhana dapat dilihat bahwa segala permasalahan bersumber kepada perekonomian. Meskipun secara utuh pemikiran Marx terlalu makro untuk sekadar menganalisis organisasi. Akan tetapi, pemikirannya dapat diajukan sebagai pedoman berpikir dalam melihat permasalahan konflik

            Kerangka berpikir yang dimaksud disini ialah adanya sumber berlebih dalam aspek ekonomi baik itu uang, mesin produksi, gedung dan lain-lain dapat digunakan secara maksimal dalam mencari keuntungan bagi organisasi atau pun perusahaan. Akan tetapi, dengan adanya target yang besar ini seringkali mengabaikan sisi kemanusiaan pekerja terus bekerja demi target tersebut. Adanya ketidakselarasan target perusahaan dengan keuntungan yang diterima oleh pekerja tentu menghasilkan konflik. Secara sederhana dapat dilihat konflik antara pekerja dengan korporasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun