Di saat stres atau lelah karena tekanan kerja, wajar bila kita ingin menjauh sejenak dari rutinitas---entah dengan liburan, me time, atau sekadar rebahan sambil menyeruput kopi. Fenomena ini dikenal sebagai self healing, dan belakangan semakin populer, terutama di media sosial. Namun, pertanyaannya: apakah self healing benar-benar membantu proses pemulihan diri? Atau justru menjadi alasan halus untuk menghindar dari kenyataan?
Asal Usul dan Makna Self Healing
Istilah self healing berasal dari konsep dalam dunia psikologi dan kesehatan alternatif. Intinya, ini adalah keyakinan bahwa tubuh dan pikiran manusia memiliki kemampuan alami untuk pulih. Tujuan utamanya adalah memulihkan diri secara emosional dan mental.
Bentuk self healing pun beragam---mulai dari istirahat, refleksi, journaling, hingga praktik spiritualitas. Meski tampak sederhana, jika dilakukan dengan niat yang benar, aktivitas ini bisa membantu seseorang kembali menemukan keseimbangan dirinya.
Self Healing vs Kabur dari Masalah
Lalu, bagaimana membedakan apakah seseorang benar-benar healing atau justru sedang kabur dari masalah?
Berikut beberapa tanda bahwa seseorang benar-benar sedang dalam proses pemulihan diri:
-
Mengenali dan menerima emosinya sendiri
Ia tidak menyangkal perasaannya, melainkan mencoba memahaminya. -
Mengambil jeda secara sadar, bukan impulsif
Ia tahu kapan harus berhenti sejenak dan melakukannya dengan kesadaran penuh. Terbuka untuk berubah dan belajar dari pengalaman
Ia merefleksikan masa lalu dan ingin tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.