"Masuk sekolahnya masih tanggal sembilan. Lama banget, ya!" ucap Cilo, setelah selesai berkeliling ke rumah-rumah penghuni hutan untuk bersilaturahmi.Â
"Iya, masih lama. Lumayan bisa buat santai," ujar Moni. Cilo menggelengkan kepala. Memang kalau Moni belajar di sekolah seperti kurang memerhatikan pelajaran. Dia sering usil kepada teman-temannya. Tak peduli meski Bu Naya menegurnya.
"Kok gitu, sih?" tanya Cilo. "Apa kamu nggak rindu suasana sekolah?"Â
Mendengar pertanyaan Cilo, Moni tertawa keras. "Aku malah seneng kok kalau libur panjang, nggak ngerjain soal, nggak praktikum."
"Kalau seperti itu karena kamu memang males. Harusnya setelah puasa, kita kan semakin baik. Yang tadinya malas belajar, jadi rajin. Jangan malah jadi tambah males," ucap Landak. Moni terlihat malu karena ucapan Landak itu.
"Cil, gimana kalau kita ke rumah Bu Naya. Silaturahmi. Mumpung libur dan masih bulan Syawal," usul Landak. "Usul yang bagus, tapi lebih baik kita berdiskusi dengan teman lainnya dulu."
***
Keesokan paginya, sekitar pukul delapan, Cilo dan teman-temannya berkumpul di pos ronda. Tampak Cilo membawa bingkisan yang berisi buah. Ada juga buket bunga dengan menyelipkan foto kebersamaan saat di sekolah.
"Waah, buketnya cantik sekali," puji Lili. Sedangkan teman Cilo lainnya mengangguk.
Setelah semua berkumpul, mereka segera berangkat ke rumah Bu Naya. Untuk sampai ke rumah Bu Naya, mereka harus berjalan selama tiga puluh menit. Mereka berjalan sambil bercanda. Dengan begitu, selama dalam perjalanan, mereka tidak merasakan capek.Â