Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nikmatnya Ramadan dan Bekerja di Kampung

15 Maret 2025   23:16 Diperbarui: 15 Maret 2025   23:16 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: alodokter.com

Nikmatnya Kerja di Lingkungan Kampung/Desa

Saya sering memerhatikan story WhatsApp kenalan yang setiap hari ada saja ide untuk menu berbuka dan sahurnya. Apalagi kalau bukan memanfaatkan tanaman sekitar sebagai cara untuk terjaminnya ketahanan pangan nasional, eh...ketahanan pangan rumah tangga maksudnya. Daun ketela muda, daun pepaya, jantung pisang pun disulap menjadi sebuah menu yang bagi saya sendiri cukup enak. Bahkan ketika di sekolah tempatnya bekerja, dia dan teman-temannya bisa saling bahu membahu memasak. Apakah itu tidak mengundang peringatan dari atasan? Bagi orang seperti saya, mungkin itu menjadi sebuah peristiwa yang terlalu nekat karena malah memasak pada saat jam kerja. Eits, tapi setelah bertemu dengan yang bersangkutan, dia menjelaskan bahwa acara masak memasak itu dibagi tugasnya. Kalau waktu luang atau jam kosong maka dia meracik, dan bergantian saat temannya yang memiliki waktu luang atau jam kosong, temannya yang bertugas memasak. Jadi, waktu kerja bisa efektif dan efisien. Para siswa tidak ditinggal. Hak belajar mereka di sekolah tetap didapatkan.

Tentu saja kebiasaan di tempat kerja lain, bisa saja terdapat cara pemanfaatan waktu yang berbeda jika ada waktu luang. Itu pilihan masing-masing.

Namun di tempat kerja saya, tidak ada aktivitas masak memasak di bulan Ramadan ini. Jika ada waktu luang, hanya dimanfaatkan untuk berdiskusi ringan. Diskusi pun random, bisa tentang keluarga, anak didik, kasus viral dan sebagainya.

Sebenarnya apa yang dilakukan sahabat saya agak kurang tepat, mengingat itu dilakukan pada jam kerja. Namun tak selamanya waktu di sekolah dimanfaatkan hanya untuk urusan administrasi pembelajaran. Oleh karenanya, ketika ada yang bisa memanfaatkan jam kosong, sesekali memasak di sekolah untuk menu buka puasa saya rasa bukan hal yang keliru.

Akan tetapi, seperti yang saya tuliskan, di sekolah tempat kerja saya tidak ada aktivitas memasak di sekolah pada bulan suci ini. Namun karena di sekitar sekolah ditanami pohon melinjo, ketela pohon maka para guru yang menghendaki untuk urusan masak memasak di rumah, bisa memetik atau ramban daun so atau daun melinjo muda dan daun ketela muda.

Namun karena daun ketela maupun daun melinjo muda tidak selalu ada, maka itu bisa dilakukan sesekali. Tapi lumayan juga dimanfaatkan untuk campuran ketika memasak.

Hidup di Kampung

"Jantung pisangnya mau dimasak apa nggak, Mbak?" tanya tetangga saya. Saya jawab saja kalau tidak mau memasak jantung pisang tadi.

Akhirnya tetangga saya memetik jantung pisang, dan dibawa pulang untuk dimasak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun