Pulang dari memancing, Kero segera menyimpan alat pancingnya. Hampir sehari memancing di sungai, dia tidak mendapatkan ikan sama sekali. Cilo juga demikian. Hanya Pak Burung Hantu yang mendapatkan ikan beberapa ekor. Itupun ukurannya sangat kecil. Oleh Pak Burung Hantu, ikan-ikan itu dilepas lagi.
"Ikannya belum bisa dimasak. Dagingnya masih sedikit," terang Pak Burung Hantu, saat ditanya Kero.
Baik Kero maupun Cilo sebenarnya sangat heran dan ingin bertanya banyak tentang alasan Pak Burung Hantu melepas ikannya di sungai lagi. Namun, Pak Burung Hantu segera mengemasi alat-alatnya dan pulang. Mau tak mau Kero dan Cilo ikut pulang. Lagipula Kero tadi sudah diwanti-wanti oleh ibunya untuk segera pulang. Dia mau diajak ke pasar untuk membeli aneka sayur dan buah. Sayur dan buah itu akan digunakan sebagai lauk dan menu tambahan buka bersama di masjid, hari berikutnya.
"Alhamdulillah, kamu sudah pulang, Kero!"Â
"Iya, Bu. Aku selalu ingat pesan Ibu, kok!"
"Bagus, Kero. Kamu segera mandi dan siap-siap ke pasar," ucap ibunya.
***
Setelah salat Asar, Kero dan ibunya menuju pasar. Letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Karenanya, mereka hanya berjalan kaki.Â
Sambil berjalan, Kero menceritakan pengalamannya saat memancing tadi, penuh semangat. Ibu mendengarkan cerita itu, sambil sesekali tertawa kecil saat Kero bercerita bertemu dengan Toto yang lupa kalau lagi puasa.
"Toto nggak nangis kan?" tanya Ibu.