Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Idolaku

15 September 2022   08:56 Diperbarui: 15 September 2022   09:22 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: suara.com

Hari Minggu lalu aku benar-benar bahagia. Kamu sudah sah menjadi bagian dari hidupku. Tepat pukul 10.00 ijab kabul terlaksana dengan lancar. Meski dengan perasaan tak menentu. Berdebar-debar saking tegangnya. Khawatir akan terjadi kesalahan saat menjawab ijab dari ayahmu.

Alhamdulillah dengan saksi dari pihakku dan pihakmu yang menyaksikan prosesi ijab kabul, tak ada kekeliruan dariku. Rasanya plong. Sungguh, itu adalah anugerah luar biasa bagiku. 

Kebahagiaanku lebih terasa saat proses resepsi. Guru idolaku menyempatkan hadir. Beliau hadir setelah kukirimi undangan. Aku mengundangnya karena kuingat rumahnya tak jauh dari tempat kita booking tempat ijab kabul dan resepsi.

Sebenarnya aku tak tahu pasti, apakah guru idolaku itu bisa hadir ataukah tidak. Tujuanku, aku ingin bertemu dengan beliau. Setelah sekian lama tak bertemu. 

Memang sejak tahun 2008an tak bertemu dengan beliau. Hingga pada akhirnya aku bisa berkomunikasi dengan beliau. Melalui media sosial, baik Facebook, Instagram maupun WhatsApp.

Beliau sangat baik. Aku tahu itu. Bisa bercanda denganku. Seolah menjadi teman saja. Ah...tapi aku yakin tak dianggap sebagai teman. Kuyakin bukan! Buktinya beliau memanggilku dengan sapaan dik.

Tentu kamu penasaran, kenapa beliau bisa hadir ke pernikahan kita. Itu karena keakraban kami. Kamu tahu, saat kukirimkan undangan pernikahan kita, beliau lupa padamu. Tetapi ingat padaku. Jangan iri loh, ya! 

Tak perlu kamu berpikir negatif. Toh kamu tahu kan, tadi beliau hadir bersama suaminya. Dan aku bisa akrab dengannya, sebenarnya karena aku dulu sering menggodanya kalau beliau suka sama kakakku. 

Jangan tertawa. Aku yakin beliau juga menganggap kakakku sebagai adik. Hanya usilnya teman-teman kakak, sering dibilang kalau beliau dulu suka kakak. Kakak kan muridnya juga dulu.

"Lalu kenapa tadi nggak foto bareng kita ya, mas?" Kamu penasaran dan mengalihkan pembicaraan. Sebenarnya, aku lebih penasaran. Tapi mau tanya langsung melalui WhatsApp rasanya kurang pas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun