Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berkah Ramadan

11 April 2022   11:03 Diperbarui: 11 April 2022   11:10 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: health.detik.com

Menderita gerd dan gangguan cemas benar-benar membuat tubuhku ringkih. Selalu saja ada kekhawatiran atau rasa takut kalau terjadi sesuatu yang membahayakan tubuh.

Puasa tahun lalu, aku tak bisa menuntaskan puasa Ramadan dengan baik. Dalam hatiku menangis. Di saat orang lain berbahagia dalam menyambut dan menjalani puasa, aku malah dilanda rasa takut.

Pengobatan dari dokter spesialis penyakit dalam ternyata tak sepenuhnya membuat panas lambung mereda.

"Apa sebaiknya saya ke psikiater ya, dok?" Tanyaku kepada dokter yang menangani penyakitmu. 

"Nggak usah, mbak. Ini murni karena lambungnya yang bermasalah." Terangnya.

Pada akhirnya aku membulatkan tekad untuk berobat ke psikiater. Untuk mengunjungi psikiater tentu tak langsung menjadi opsi pengobatanku. Suamiku pun melarang aku untuk ke psikiater.

"Nanti kamu minum obat terus lho, dik," begitulah pertimbangan darinya. Namun karena aku sudah merasa kewalahan, aku hilangkan persepsi buruk akan pasien para psikiater. 

Ya, aku tahu di lingkungan masyarakat awam menganggap bahwa psikiater itu menangani orang yang tidak waras. Kuubah persepsiku akan psikiater. Apalagi selama beberapa bulan setelah mengalami gerd dan gangguan cemas, aku mengikuti channel dokter-dokter spesialis jiwa.

**

Kali ini aku sangat bersyukur. Bulan Ramadan ini aku berjuang untuk menyelesaikan puasa sampai bedug Maghrib tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun