Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nasib Kepompong dan Kupu-Kupu

8 Oktober 2021   07:38 Diperbarui: 8 Oktober 2021   07:55 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: rahasiabelajar.com

Lela tampak sedih. Ketika pulang sekolah tadi, dia melihat banyak orang yang sedang mencari enthung atau kepompong.

Lela tahu, pasti kepompong atau enthung itu akan dijual atau dimasak dan dimakan sebagai lauk. Orang-orang, termasuk teman-teman di sekitar Lela, memang sangat menyukai menu kepompong saat musim kepompong tiba.

Kalau tidak dimakan, kepompong itu dijual dengan harga yang sangat mahal. Lebih mahal daripada harga ayam. Tentu sangat menggiurkan.

Makanya mereka rela pergi ke daerah lain yang juga banyak pohon-pohon jati yang daunnya habis dimakan ulat. Berburu kepompong demi uang atau makan mereka.

Lela ingat dari penjelasan Bu guru di sekolah kalau kepompong yang nantinya akan berubah menjadi kupu-kupu yang cantik dan indah serta bermanfaat bagi seluruh makhluk hidup. Makanya harus dilestarikan.

Kepompong berasal dari telur kupu-kupu. Telur kupu-kupu berubah menjadi ulat, baru menjadi kepompong dan dua mingguan kemudian akan menjadi kupu-kupu.

Dari informasi yang dibaca Lela, kupu-kupu, selain indah dilihat, juga termasuk bangsa serangga yang membantu penyerbukan bunga. Lalu bunga-bunga itu akan berkembang menjadi buah-buahan yang bisa dimakan manusia.

***

"Lel, kepompong enak dimakan lhooo," ucap Leo.

"Bener. Aku kemarin juga nyicipi sedikit gorengan kepompong, rasanya emmmm...yummmy!" Kelakar Bintang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun