Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengajak dan Mengapresiasi Siswa untuk Menulis

6 Oktober 2021   14:33 Diperbarui: 7 Oktober 2021   09:10 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang anak menulis | Sumber: Shutterstock

Semua orang bisa bercerita panjang lebar, namun kesulitan dalam menuangkan dalam bentuk tulisan. Hal ini dialami oleh segala usia.

Mengapa bisa begitu?

Ketika pembelajaran tatap muka normal sebelum pandemi, guru-guru pasti sering menghadapi siswa yang sibuk ngobrol dengan temannya. Padahal waktu itu guru sedang menjelaskan atau siswa lain mempresentasikan hasil atau pekerjaan di depan kelas.

Bercerita dengan teman lain memang asyik bagi siswa. Tak sadar bahwa itu sangat mengganggu teman yang mau fokus belajar. Tak jarang siswa mendapat teguran sampai hukuman karenanya. Tentu hukuman harus bersifat mendidik, bukan hukuman yang menyebabkan trauma bagi siswa.

Cerewetnya siswa di kelas saat pelajaran itu sebenarnya bisa diarahkan untuk menuliskannya dalam bentuk tulisan. Ini akan menanamkan budaya literasi menulis yang baik bagi siswa.

Apa yang diobrolkan bisa diminta untuk dituliskan dalam selembar kertas. Biasanya bahan obrolan berkaitan dengan hobi mereka. Entah bermain layang-layang, artis favorit, makanan kesukaan, hewan peliharaan di rumah dan sebagainya.

Nah, guru kreatif akan mengajak siswa untuk membuat coret-coretan di atas kertas. Langkah ini perlu dikoreksi satu persatu agar siswa bisa membuat karangan ala anak sekolah usia SD, SMP atau bahkan SMA.

Imajinasi tak terbatas dari siswa diarahkan pelan-pelan oleh guru. Saya sendiri, beberapa tahun mengajar di kelas III SD. Dahulu masih kurikulum 2006 (KTSP). Sepanjang ingatan saya, siswa kelas III waktu itu sudah belajar menulis karangan berdasar gambar dan menulis puisi.

Sebelum mereka mahir dalam menulis, saya ajak siswa untuk menuliskan hal yang menjadi hobi, cita-cita dan lain-lain. Siswa putri biasanya menulis tentang bunga, binatang kesukaan, boneka, adik dan ibu.

Siswa laki-laki akan senang menuliskan cerita kartun Naruto atau kisah hero lainnya. Itu tidak saya permasalahkan. Yang penting para siswa bisa mengungkapkan dan menuangkan imajinasi dan bahan obrolan ke dalam bentuk tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun