Ternyata kau pulang untuk menikahi pujaan hatimu. Kau pulang, tapi bukan untukku. Saat itulah aku tersadar bahwa aku memang bukan siapa-siapa bagimu.Â
Apalah aku bagimu? Apa yang kau ucapkan hanya gurauan yang dengan bodohnya menyelinap pelan ke relung hatiku. Kubiarkan rasa itu semakin dalam.
Anganku yang melayang, tiba-tiba terjerembab begitu saja. Kirno itu nama ayahmu. Pak Kirno juga sahabat karib bapakku saat masih kanak-kanak dulu di kampung kelahiran mereka. Kau satu-satunya putra pak Kirno.
"Selamat bahagia untukmu," bisikku lirih di antara rasa pedih di hatiku.Â