Terimakasih, sahabat. Terimakasih untuk setia mendengar, membaca isi hatiku lewat pesan-pesanku.Â
Sebenarnya aku merasa tak enak hati, kau memiliki kesibukan bersama buah hatimu yang semua belajar secara daring. Kesibukan yang sama denganku. Bedanya, aku mengurusi dua bocil.Â
Capek? Pastilah! Tenaga dan pikiran terkuras. Terkadang harus uring-uringan dengan anak.
Belum lagi mengurusi rumah serta masak, nyuci, nyetrika dan urusan perempuan. Ya meski ada yang bilang kalau seharusnya kita sebagai isteri malah yang harus dimanjakan. Nyatanya, beda jauh dari itu semua.
Tak apa. Toh kita memang secara naluri harus bisa mengatasi segala urusan. Multitasking. Begitu orang-orang bilang.Â
Ternyata dari ilmu kejiwaan, multitasking malah buruk dampaknya bagi kita. Dikejar kerjaan sampai bisa cemas berlebih. Dan kamu tahu, aku menderita kecemasan menyeluruh. Aku takut kalau aku tak bisa menguasai diriku.
***
Hari ini untuk keempat kalinya aku mengantri di poliklinik kejiwaan. Untunglah aku mendaftar seminggu sebelum hari H, jadi bisa mendapat nomor antri 1.
Para pasien poliklinik kejiwaan setia menunggu kedatangan dokter jiwa atau psikiater. Dalam jadwal seharusnya pukul 12.00 sudah mulai pemeriksaan. Namun kadang bisa molor.Â
Kuhela nafas panjang. Panik masih saja kurasakan meski sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
***
"Assalamu'alaikum, ibu-bapak selamat siang. Mohon maaf lahir dan batin semuanya nggih..." Seorang dokter lengkap dengan masker menyapa ramah para pasien di ruang tunggu. Lalu dokter itu memasuki ruang poliklinik.
Lega rasanya.Â
***
Kukonsultasikan keadaanku. Lengkap dengan sensasi asam lambung tinggi.Â
"Cemasnya sudah berkurang kan, mbak?" Tanya psikiater yang menangani ku.
Kuanggukkan kepalaku.
"Berani diturunkan dosisnya?"tanyanya singkat.
"Berani, dokter. Saya pingin lepas dari obat. Bismillah."
***
Tak henti-hentinya aku nyampah alias curhat padamu ya, sahabat. Maafkan aku ya. Sungguh aku minta maaf, sekaligus berterima kasih padamu.
"Kamu pasti bisa menebak perasaanku sekarang ini. Perasaan saat dosis obat yang harus kukonsumsi diturunkan..."