Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berharap pada Gadis yang Kukawal Tujuh Tahun Lalu

21 Juni 2020   06:10 Diperbarui: 19 Juli 2020   08:03 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kabarhandayani.com

Bagi teman-teman, aku memang aneh. Tak masalah. Toh aku lelaki normal. Pernah naksir dan pedekate juga dengan mahasiswi fakultas sebelah, tetapi malah ilfil sendiri. Perkara sepele, dia seneng laundry pakaian kotornya. Bagiku dia males. Lalu, aku mundur dari perjuangan mendapatkan hatinya.

Selepas itu aku malah mengagumi sosok perempuan yang pagi-pagi harus menembus keramaian jalan menuju Yogyakarta. Aku sering melihatnya berada di antara iringan motor, truk, bus yang menuju Yogyakarta. Biasanya aku menjumpainya di sekitar Bukit Bintang.

Tak tega rasanya kalau melihatnya berada di dalam iringan kendaraan yang sangat ramai. Aku rela tidak menyalip atau mendahului kendaraan berbadan besar seperti pengendara motor lainnya. Jadi dengan senang hati aku mengawal setiap Senin pagi. Hari lainnya aku tak pernah melihat dia dengan motornya.

Perempuan itu pasti orang kuliahan juga. Tapi aku tak tau, di mana kampusnya. Yang jelas setiap Senin tiba, aku selalu membuntuti dan mengawalnya sampai di Jalan Wonosari. Aku berbelok ke arah rumah budhe sebelum ke kampus.

Perempuan itu pasti penasaran denganku. Seperti aku merasa penasaran padanya. Saat aku akan berbelok ke rumah budhe, aku yang tadinya basa-basi bertanya pada perempuan itu, hanya kuberi rambu-rambu rumah budhe.

Aku memang bodoh. Mana mungkin perempuan baik mau dolan ke rumah lelaki, belum dikenalnya lagi. 

**

"Kasihan, Bulik. Bulik pingin kamu cepet nikah, Zain." 

Aku ngobrol dengan mas Cahyo. Dia masih senang membahas keinginan ibuku.

"Aku tahu, mas. Aku sudah berumur. Teman-teman di kampung ini sudah menikah semua dan punya anak."

"Lalu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun