Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Mudik seperti ini Menjadi Solusi di Masa Pandemi

16 Mei 2020   01:23 Diperbarui: 16 Mei 2020   01:39 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: beritasatu.com

Lebaran sebentar lagi akan menyapa umat Islam. Idul Fitri akan menyempurnakan kebahagiaan umat Islam yang telah berusaha melawan hawa nafsu dan mengamalkan amalan shalih.

Idul Fitri adalah bulan kemenangan hingga saat mendekati hari H, para umat merasa perlu pulang ke kampung halaman. Merayakan kebahagiaan bersama sanak saudara di tanah kelahiran.

Untuk pulang ke kampung halaman itu sendiri, umat Islam rela memesan tiket kepulangan jauh hari. Sebelum bulan Ramadan terkadang tiket sudah berada di tangan. Ya alasannya agar tidak berebut dengan pemudik lainnya yang juga merindukan kampung halaman.

Bekerja sekian bulan, jauh dari keluarga membuat mereka melakukan mudik tahunan. Namun di masa pandemi ini banyak para perantau yang menelan kekecewaan. Meski tiket kepulangan ke kampung halaman harus ditunda.

Banyak sekali sahabat yang menuliskan status pada akun FB. Mereka yang bekerja atau ikut suami di luar Jawa, mengeluh kecewa juga. Namun menyadari bahaya dari virus corona ini membuat hati mereka berdamai dengan aktivitas mudik yang gagal.

Sejak merebaknya virus corona, daerah-daerah telah terpapar virus ini. Semua orang menjadi khawatir akan kesehatan mereka dan keluarga. Jadi pilihan untuk tetap di rumah aja adalah prioritas. Seraya berdoa semoga virus ini segera berlalu.

Mudik sudah dilarang oleh pemerintah meski pada akhirnya memunculkan pengertian yang berbeda dengan pulang kampung. Tak perlu mencari perbedaannya. Yang jelas kedua istilah ini memang membuat khawatir beberapa kalangan, bahwa aktivitas "pulang kampung" akan memperpanjang mata rantai persebaran virus coron.

Larangan untuk mudik sering juga diingatkan oleh warga di kampung halaman atau warga kampung yang berada di perantauan. Mereka saling mengingatkan untuk menahan diri untuk tidak mudik dulu. 

Para perantau asal kampung saya juga menyadari keadaan. Berlebaran harus dinikmati di perantauan. Atau kalau tidak, merekalah yang membawa bencana bagi keluarga dan kampung halaman.

Kesadaran mereka memang patut diacungi jempol. Apalagi di kabupaten kami memang termasuk daerah kategori zona merah covid 19. Jadi warga dari perantauan akan sulit untuk ke wilayah kabupaten.

Sebagai solusi, mereka hanya mudik secara online. Artinya bersilaturahim melalui jaringan telepon atau internet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun