Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meletakkan Menu Makanan untuk Tunanetra Ada Aturannya, seperti Apakah?

14 April 2020   07:36 Diperbarui: 14 April 2020   07:46 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peletakan menu makanan bagi tunanetra. Foto kiriman saudara/z.mutoharoh dok

Semua manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya. Manusia dibekali akal pikiran dan hati nurani. Keduanya harus dimanfaatkan secara seimbang.

Namun di balik kesempurnaan manusia, ada sisi kekurangan juga yang disandang manusia. Bisa saja manusia secara fisik sempurna, namun kemampuan otak tidak maksimal. Ada juga kemampuan kognitifnya maksimal namun secara fisik malah kurang sempurna.

Sosok seperti itu bisa kita jumpai di sekitar kita. Anak berkebutuhan khusus atau difabel sering kita lihat. Bahkan mereka diberikan hak untuk bisa bersekolah di sekolah umum sebagai penghargaan HAMnya. Sekolah umum tidak boleh menolak siswa ABK yang ingin belajar di sana.

Anak berkebutuhan khusus atau kaum difabel harus diperlakukan beda dan khusus dibanding anak lainnya. Kesabaran dan ilmu tentang kedifabelan harus dipelajari oleh siapapun, termasuk pendidik sebagai agen perubahan bagi siswa.

Siswa ABK, misalnya tuna netra atau buta misalnya. Mereka memiliki ego yang berlebih jika kepercayaan dirinya sudah terbangun. Namun ketika belum percaya diri, dia akan takut menghadapi sesuatu, misalnya suara motor, petir, memegang benda pun bisa ketakutan.

Butuh latihan yang tidak sebentar untuk membiasakan dan mengalahkan rasa takut mereka. Dalam hal makan pun demikian. Mereka perlu dilatih untuk mandiri. Mengambil makanan di atas meja bisa dilatihkan oleh guru, orang tua atau siapapun yang berurusan dengan penyandang tunanetra atau buta.

Saya pernah diberi tahu oleh saudara yang kebetulan mengajar di salah satu SLB dan memiliki ketugasan sebagai guru siswa tunanetra. Darinya saya tahu bahwa siswa tunanetra bisa dilatih mengenal makanan dengan meletakkan makanan pada posisi tertentu. Usahakan untuk selalu meletakkan di tempat atau posisi yang sama. 

Sebagai panduan penting, anggap piring sebagai jam. Bisa juga dipraktekkan ketika makan menggunakan dengan alas makan berupa daun pisang, daun jati, nampan dan sebagainya.

Di sana terkonsep angka 1-12 seperti pada angka yang tertera pada jam. Menu makanan diletakkan dengan posisi setengah lingkaran mengikuti piring. 

Misalnya pada angka 1 digunakan untuk meletakkan nasi. Bakul nasi disiapkan pada posisi ini. Lalu air minum di angka 2. Pastikan air minum sudah dituangkan ke dalam gelas.
Ikan atau hidangan utama diletakkan pada posisi angka 12.  Sendok diletakkan pada posisi angka 3. Tentunya peletakan ini harus ajeg setiap harinya.

Bagaimana untuk menu makanan lainnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun