Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sampaikan Nilai Kehidupan Melalui Dongeng

23 Maret 2020   15:00 Diperbarui: 23 Maret 2020   14:53 2081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: doktersehat.com

Dunia anak adalah dunia yang menyenangkan. Dunia yang indah. Di masa anak-anak itu kita bisa bermain, bertengkar dan rukun kembali, seolah tanpa bekas sakit hati.

Sungguh luar biasa dunia anak-anak. Dengan pikiran polos, mereka harus tetap belajar memilah hitam putih kehidupan. Dari mana mereka belajar?

Ada banyak hal yang bisa menjadi tempat dan sumber belajar. Paling utama pastinya di lingkungan rumah. Baru nanti menyusul lingkungan sekolah dan masyarakat.

Bagi orang tua zaman dulu tak asing dengan aktivitas mendongeng. Sebelum tidur, dipastikan anak-anak didongengi. Paling tidak cerita Abu Nawas dengan segala kecerdikannya, fabel, kisah nabi dan sebagainya.

Para orangtua masa kini, tidak begitu peduli dengan dunia dongeng. Banyak yang tidak mendongeng demi buah hatinya dengan berbagai alasan. Mulai dari kesibukan sampai bisa digantikannya dongeng secara lisan dan langsung dengan video yang bisa ditonton melalui film.

Padahal mendongeng memiliki nilai lebih ketimbang dongeng lewat video film, meski sama-sama memiliki pesan moral dan nilai bagi anak. Dongeng memang sebuah seni yang bisa digunakan untuk mendidik anak.

Di dalam dongeng, penulis atau pengarang lebih menggurui anak agar berbuat sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Yang jelas pengarang dongeng harus menggambarkan tokoh protagonis dan antagonis secara jelas agar anak mudah mencerna pesan.

Nah, pendongeng ---orang tua terutama--- harus bisa menyampaikan dan bisa membangun dongeng secara ekspresif. Lain halnya dengan film. Dalam film, tokoh benar-benar bisa dilihat. Ekspresi bisa dilihat langsung.

Setiap orang bisa membuat dongeng

Saya yakin semua orangtua sebenarnya bisa membuat cerita dongeng meski tidak dituliskan. Dongeng dibuat secara dadakan. Secara lisan. Bisa saja yang bersangkutan lupa dengan dongeng itu, tetapi anak akan mengingatnya.

Jelekkah dongeng mereka? Inti dari dongeng adalah mengajarkan hal positif bagi anak. Selama hal tersebut terpenuhi maka dongeng tersebut baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun