Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkorban Demi Keluarga dan Tetangga, Tak Apa

6 Maret 2020   11:43 Diperbarui: 6 Maret 2020   11:42 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: bazar.itam.mx

"Dik, bapak mau pakai panenan pisang untuk acara nikah adik bungsu..." ucap suami saya ketika adik bungsunya mau menikah.

Saya tidak keberatan dengan permintaan bapak mertua. Toh semua milik suami bukan milik saya sepenuhnya. Ada orangtua suami yang juga berhak untuk mendapatkan bagiannya.

Saya hanya bercerita kepada teman kantor. Bukan karena keberatan dengan permintaan mertua. Sekadar berbagi cerita, tidak lebih.

Namun salah satu teman yang mengetahui hal kejawen malah menyayangkan keputusan saya.

"Waduh, bu. Kalau sekali panen pisang diminta untuk acara pernikahan, nanti panen-panen berikutnya, ibu nggak bisa menikmati panenan kebun lho..."

Saya malah jadi kaget sendiri. Belum pernah saya mendengar kepercayaan seperti itu. 

"Wis to, bu. Tengeri mawon..." lanjut teman saya.

**

Sebagai perempuan yang telah menikah, saya cenderung tidak neko-neko dalam hal kebendaan. Dalam hal gotong royong atau saling membantu dalam keluarga juga seperti itu. Selama suami memenuhi kebutuhan keluarga, saya hanya mendukung.

Tak pernah memikirkan apakah nanti saya akan rugi ataukah tidak. Bagi saya rezeki itu bukan hanya berupa kebendaan. Rezeki itu bisa berupa kesehatan, anak yang sholih dan kasih sayang keluarga.

Hidup bukanlah jual beli di pasar. Hidup adalah kesempatan untuk berguna bagi orang banyak termasuk keluarga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun