Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Anak Lebih Senang Mendengarkan Orang Lain Dibanding Ibunya Sendiri

5 Maret 2020   08:11 Diperbarui: 5 Maret 2020   08:18 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: audelabeauty.com

"Mbak, anakku kalau dikasih tahu sama aku pas mengerjakan tugas di rumah itu nggak percaya..." curhat almarhum teman kerja saya beberapa tahun yang lalu. 

Waktu itu putrinya duduk di kelas III. Dia bingung ketika mengerjakan tugas tentang denah rumah. Ibunya ---teman kerja saya--- membimbing si anak untuk mengerjakan denahnya.

Seperti yang saya tuliskan di awal, si anak tidak percaya.

"Aku sampai bilang sama si gendhuk, Ndhuk, aku itu juga guru lho..."

Dan kini apa yang dialami almarhum teman kerja saya pun saya rasa dan alami juga. Anak lebih percaya omongan orang lain, entah bapaknya, guru atau tetangga dibanding ibunya. 

Jika putri teman saya tidak percaya ketika mengerjakan tugas dari guru, maka anak saya tidak mau mendengar nasehat saya. Kalau dengan bapaknya masih manut. Sudah pasti saya harus ekstra sabar. Meski lebih banyak lepas kendali. Hiks.

Ceritanya, waktu itu putri saya sangat menginginkan bisa memelihara kucing. Dia merasa iri dengan saudaranya yang memelihara kucing angora. Mengingat keterbatasan saya karena mengurusi rumah beserta isinya tanpa pembantu, saya tidak menyanggupinya.

Saya mengatakan kalau saya tidak bisa telaten memelihara binatang dan tidak selalu punya uang untuk membeli makanan kucing. Alhasil anak saya nangis-nangis di kantor. Kebetulan waktu itu masih berada di sekolah.

Putri saya ini kalau meminta sesuatu memang inginnya semua dipenuhi. Padahal jika sudah terpenuhi, kadang barang yang dimiliki tidak dijaga dengan baik. Anak saya terus merengek. Lama juga. 

Barulah setelah guru lain memberi tahu kalau kucingnya sudah diberikan orang lain karena kotorannya bau sekali dan ibu tidak bisa mengurusi kucing, beli makanan setiap seminggu sekali, barulah anak saya pelan-pelan diam.

Dalam beberapa kasus juga seperti itu. Seperti saat tidur di tempat simbahnya, sepeninggal simbah putri, anak saya manut sama bulik dan budhenya. Tetapi begitu saya bergantian menemani simbah kakung, sikap anak saya menjadi rewel. Itu yang dikatakan simbah kakung, bulik dan budhenya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun