Rasanya gerah sekali hatiku. Orang itu masih saja menghubungiku.Â
Sebenarnya aku tahu siapa dia. Namun aku bertekad untuk pura-pura tak mengenalnya. Dengan begitu dia akan berhenti menghubungiku.
Aku sudah berkeluarga. Bersama suami dan anak-anak yang selalu mewarnai kehidupanku. Suamiku adalah sosok penyelamat bagiku. Ya...aku selamat dari hancurnya perasaan. Aku tak mungkin mengkhianatinya. Tak mungkin menyia-nyiakan.
Orang itu hanya masa lalu. Pastilah kuingat. Meski sebenarnya aku tak ingin mengingat lagi.
Namun kenyataan kalau aku mengenalnya jauh hari sebelum kumengenal suamiku, tak bisa dipungkiri. Di sisi hatiku yang paling dalam, aku tak ingin memberi kesempatan pada masa laluku lagi.
"Kalau perlu aku ke rumahmu. Memastikan kalau aku salah nomor atau tidak. Aku penasaran..." balasmu di chat WA waktu kubalasi kalau aku tak mengenalnya.
Aku bingung juga. Ingin rasanya kubalas bahwa aku tahu siapa dia agar dia tak macam-macam lagi. Rumah tanggaku tak boleh kupertaruhkan.
"Temanku banyak. Jadi nggak bisa nebak siapa njenengan..."Â
Lagi-lagi chat balasannya masuk ke kontakku.
"Teman spesial pokoknya. Kalau kita ketemu pasti kamu tahu..."
Membaca balasan chat itu aku kesal. Kurasa dia cari perkara. Kami sama-sama sudah berkeluarga. Jadi sebenarnya tak perlu terlalu mengenang masa lalu.