Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerita untuk Anak] Ayah, Aku Tak Mau Menjadi Tentara

13 Januari 2020   14:18 Diperbarui: 13 Januari 2020   14:17 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: lifestyle.bisnis.com

Hai, aku Doni. Saat ini aku kelas 1 SD. Aku senang sekali bisa sekolah di SD setelah belajar di TK selama beberapa tahun. 

Saat aku TK dulu, aku sering mengkhayalkan bagaimana jika aku sekolah di SD. Sepertinya menyenangkan. Aku bosan sekali hanya diajak bermain oleh bu guru di TK.

"Aku ingin belajar membaca, bu guru..."

"Oh...bagus, Doni. Kelak kamu bisa belajar kalau sudah di SD..."

"Kenapa nggak sekarang saja, bu guru?"

"Belum waktunya, nak..."

Itu jawaban yang kudapatkan dari bu Erna, guru TK-ku.

"Ah...bu guru nggak asyik. Nggak seru! Masa mau membaca saja menunggu kalau sudah SD..."

Bu Erna tersenyum melihat rasa kesalku.

"Kenapa kamu pingin sekali belajar membaca? Sampai kesal begitu..."

"Aku ingin menjadi arsitek, bu guru. Seperti pamanku..."

**

Waktu wisuda kelulusan TK sudah tiba. Saat dipasangkan toga, oleh bu guru dibacakan pula tentang nama, cita-cita, nama orangtua semua siswa. Ada rasa bangga sekali ketika bu guru menyebutkan cita-citaku.

Namun ternyata cita-citaku itu tidak disukai ayahku. Ayahku ingin aku jadi tentara. Itu aku ketahui dalam perjalanan pulang dari TK.

"Kamu jadi tentara saja, nak. Terlihat gagah, bawa senjata. Kamu akan terlihat lebih ganteng!" begitu ayahku menjelaskan kenapa aku harus menjadi tentara.

Ayah akan marah kalau aku menolak keinginannya. Aku sedih. Apalagi ayah sering meneliti bagian gigiku. Ketika dilihatnya gigiku tidak rapi, bingung dan marahlah ayahku.

Ibu sering menasehati ayah. Ayah tak peduli. Tetapi ibuku yang selalu menghiburku.

"Aku nggak mau jadi tentara, bu..."

Ibu tersenyum.

"Lalu, kamu pinginnya jadi apa?" tanya ibu dengan sabar.

"Arsitek, bu. Seperti paman Ari..."

Ibu pasti sudah tahu tentang cita-citaku, tapi ibu ingin meyakinkan lagi mengapa aku ingin menjadi arsitek.

"Biar bisa membuat rumah sakit untuk orang banyak, bu...!"

Ibu terperangah. 

"Wah...luar biasa cita-citamu, nak..."

"Benarkah?"

Ibu mengangguk pelan.

"Hal yang terpenting saat ini, kamu belajar yang rajin. Shalat yang rajin. Patuh sama ayah dan ibu..."

Aku kembali sedih. Aku ingat kalau ayah tidak menyukai cita-citaku. Aku sebal sekali!"

**

Akhirnya aku dilatih untuk karate, olahraga, bersepeda, berenang agar badanku selalu sehat. Sering pula aku diajak ke dokter demi sempurnanya fisikku.

Saking lelahnya aku berlatih, makanku menjadi tidak teratur. Belum sampai makan, aku ketiduran. Kalau aku tertidur, sulit sekali dibangunkan.

Akhirnya aku sakit karena kelelahan dan makanku kurang teratur. Sampai-sampai aku harus dirawat di rumah sakit.

Kata dokter, aku kena maag akut. Orangtuaku menangis. Aku sendiri kurang paham tentang penyakitku. Yang jelas, beberapa hari kurasakan perutku sangat sakit. Ketika makan maupun belum makan rasanya sakit luar biasa. Akibatnya aku pingsan dan dibawa ke rumah sakit.

Kondisiku sudah lebih baik. Dokter yang merawatku sangat sabar. Tetapi dokter menasehatiku agar aku tidak kelelahan dulu dan makanku harus tertib. 

Aku mengangguk. 

"Jangan lupa, kamu tetap rutin minum obat ya. Biar cepat sembuh..." dokter menasehatiku.

**

Alhamdulillah hari ini aku pulang dari rumah sakit. Rasanya lama aku tidak bermain dan sekolah. Aku rindu bu guru dan teman-temanku.

"InsyaAllah kamu bisa segera masuk sekolah, Doni..." ujar ayah.

"Kamu seneng sekolah?"tanya ibu.

Aku mengangguk dan tertawa riang.

"Aku mau belajar, bu. Biar cita-citaku tercapai. Seperti yang dikatakan bu guru..."

"Oh ya? Kamu memangnya mau jadi apa?" tanya ayah.

"Aku ingin jadi arsitek, yah. Bukan tentara..." jelasku pelan.

Tangan kanan ayah mengusapku pelan sambil tersenyum padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun