Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Ada yang Salah pada Sebuah Nama

30 Desember 2019   05:04 Diperbarui: 30 Desember 2019   05:13 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: bincangsyariah.com

Berbicara tentang nama, pasti akan selalu mengarah pada harapan dan doa orangtua pada si jabang bayi setelah lahir. Rasanya tak mungkin ada orangtua yang berharap keburukan pada buah hatinya.

Berkaitan dengan pemberian nama, tak jarang orang tua mempersiapkan nama anak jauh-jauh hari. Mereka mempersiapkan dua nama, satu nama bayi laki-laki dan satu nama bayi perempuan. Di masa kini, orangtua sering mencari inspirasi nama lewat web atau blog, di mana di sana ada banyak "tawaran" nama yang indah dan bermakna.

Nama-nama yang dipersiapkan para orangtua sendiri bermacam-macam. Ada yang diambilkan dari bahasa Sanskerta, Arab, dan sebagainya. Tak ada patokan untuk membuat nama anak. Toh negara juga memberikan kebebasan dalam pemberian anak.

Namun jauh sebelum masa kita saat ini, di negara kita mengalami peristiwa kesejarahan yang berakibat pada persoalan nama. Tercatat ada masa pengaruh Hindu, Budha, Islam di Indonesia. Kemudian masuklah pengaruh orang Eropa yang tujuan awalnya ingin mencari daerah penghasil rempah-rempah ---Gold--- kemudian tujuan ini berkembang menjadi Glory dan Gospel ---kejayaan dan penyebaran agama---.

Dari masa ke masa pembabakan sejarah di Indonesia maka kita bisa mengetahui nama-nama khas tokoh pada masa pengaruh Kerajaan Hindu, Budha dan Islam.

Nama Mulawarman dan Purnawarman. Sama-sama ada Warmannya tetapi bukan berarti mereka bersaudara. Mulawarman adalah raja Kutai di Kalimantan, sedangkan Purnawarman adalah raja Tarumanegara di Jawa Barat. Nama Warman itu khas pada pengaruh Hindu. 

Nama-nama lain yang muncul pada peristiwa-peristiwa bersejarah pun mengalami perubahan. Dikenallah Hasanudin, Imam Bonjol dan sebagainya. Namun pada masa pengaruh kerajaan Islam, nama-nama yang dipergunakan pada masa sebelumnya hilang sama sekali.

Kita tilik saja, ada nama Soekarno, Sudirman, Soeharto, Sultan Hamengku Buwono IX dan sebagainya. Kesemua nama itu tetap menjadi nama besar yang harum sepanjang masa. 

Jika saya pernah membaca sebuah pendapat agar orang Indonesia kembali mencintai nama-nama yang berbau nusantara ---dalam hal ini Hindu-Budha---, rasanya kurang tepat juga. Seolah nama lain, yang berbau Arab atau yang lain, seolah buruk.

Tentu kita juga tak bisa melarang orang lain yang mempergunakan nama yang berbau Eropa. Toh orangtua memberikan nama karena ada pertimbangan banyak hal. Ingat bahwa mencari nama seorang anak tak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan setelah nama itu disematkan pada seorang anak, ada tradisi bancakan atau bagi yang beragama Islam, ada aqiqah juga sesuai tuntunan Islam.

Semua nama itu baik. Saya ingat perkataan almarhum guru agama saya dulu sembari mengabsen dan menerjemahkan setiap nama. Hal itu untuk menunjukkan bahwa nama itu harapan dan doa dari orang tua, mulai dari nama Astuti, Bambang, Sulis, Samsudin, Burhan dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun