"Tak apalah, bu Darmi. Yang penting masih ada nasi..." ujarku dengan santai.
**
Selepas shalat, aku segera ke ruang prasmanan. Aku mengambil piring di dekat pintu masuk, ku dekati meja prasmanan. Dan seperti tebakan bu Darmi, tak ada lauk yang tersisa. Aku celingukan. Mondar- mandir mengelilingi wadah lauk di meja. Ya sudah, yang penting ada nasi meski dengan koretan sambal dan kerupuk.
Aku mau menuju meja untuk makan di dekat meja prasmanan, tiba- tiba seseorang menyapaku.
"Bu Djin, habis lauknya ya, bu...?"
Aku mengangguk. Ah...rupanya lelaki yang menjadi instruktur di kelas tadi yang menyapaku.Â
"Permisi ya, pak..."
Lelaki gagah dan tampan yang usianya kuperkirakan sepantaran anak keduaku itu menahanku.
"Bu Djin, mari ambil lauk di sana dan bergabung dengan saya..."
Aku menolak. Tak enak rasanya kalau peserta diklat kok makan bersama instrukturnya.
"Tak apa, bu Djin. Anggap ini sebagai rasa terimakasih saya pada Bu Djin..."