Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Hitam yang Baik Hati

9 November 2019   13:49 Diperbarui: 9 November 2019   13:52 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ayamkita.com

Di sebuah hutan yang masih asri, hiduplah beragam bintang dengan tenang. Ada ayam, itik, burung, gajah, kijang, kuda dan masih banyak lagi binatang lainnya. Satu sama lain hidup rukun.

Di antara ribuan binatang yang hidup di sana, ayam betina tengah mengerami telur- telurnya. Hatinya bersuka cita ketika satu persatu telur yang dieraminya menetas. 

Namun ada seekor anak ayam sangat berbeda. Si ayam betina sangat menyadari perbedaan anak- anaknya. Meski begitu si ayam betina ---induk ayam--- tetap menyayangi semua anaknya. Baginya fisik seperti apapun anaknya, tetaplah anaknya. Sungguh dia menjadi induk ayam yang baik hati.

Setelah beberapa saat, anak ayam semakin tumbuh besar. Mereka sudah bertambah paham akan keadaan mereka, ada satu saudara yang berbeda. Mereka tak mau berteman dengan si Hitam---anak ayam yang malang itu---. Setiap kali mau bermain bersama pasti saudaranya akan menghindar.

"Ibu, apakah aku memang bukan anak ibu seperti saudara- saudaraku?" si Hitam sedih dan mempertanyakan keadaannya pada sang induk.

"Apa maksudmu, Tam?" tanya induk ayam.

Dengan murung anak ayam berwarna hitam itu bercerita. Induk ayam memahami keadaan si Hitam.

"Kamu juga anakku, Tam. Kamu jangan bersedih. Yakinlah suatu saat nanti saudara- saudaramu akan menyayangimu..."

"Tapi kapan, bu?" 

Induk ayam menghibur si Hitam. 

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun