"Ibu..., mana ayah?"
Husna menemuiku di teras. Dia mencari ayahnya yang tadi mengobrol denganku. Aku tahu, dia masih kangen dengan ayahnya. Dia ingin bercerita banyak hal kepada ayahnya. Ya meski sebenarnya dia sudah curhat juga kepadaku.Â
Dia ingin dekat dengan ayahnya. Jadi dia tak peduli meski harus sering mengulang cerita yang sudah kuhafal di luar kepala. Aku pernah menegurnya untuk bercerita hal lain.
"Ayah kan belum dengar, bu..."
Ya. Memang baru aku yang mendengar ceritanya. Aku pernah juga akan meninggalkan mereka berdua ketika bercengkrama tapi Husna memaksa aku untuk tetap bersama mereka.
Alhasil aku jadi agak sebel juga. Ayah Husna hanya tersenyum melihatku tak menikmati cerita Husna.
"Sudahlah, Put. Turuti saja kemauan Husna. Namanya juga anak. Dia pasti ingin merasakan bagaimana kalau dekat dengan kedua orangtuanya di waktu yang sama..."
Ucapan mas Mumtaz itu ada benarnya memang. Husna pernah mengatakan ingin sekali tempo bersama ayah ibunya. Aku hanya mengiyakan tanpa berusaha mewujudkan harapan Husna.Â
**
"Sudah malam, Husna. Jadi ayah pulang..."
Husna terlihat cemberut mendengar keteranganku.Â