Sudah kuduga. Sesampai di sekolah kulihat ayah Husna telah menunggu di lobi sekolah. Sepertinya dia sudah menunggu lama kedatangan Husna yang kemarin tak dijemputnya dan kuajak menginap di rumahku.Â
Begitu melihat kedatangan kami, ayah Husna segera menghampiri kami. Dipeluknya Husna. Husna sedikit berontak. Ya mungkin menahan kekesalan pada ayahnya itu.Â
"Assalamualaikum, Husna. Maaf ayah kemarin tak menjemputmu. Maaf ya, sayang..."
"Ayah jahat! Ayah nggak sayang Husna!"
Aku begitu shock melihat reaksi putriku. Ayahnya mencoba menenangkan hatinya dan menjelaskan alasannya.Â
Aku tahu, ayah Husna tengah berbohong. Dia bilang kalau ada acara dan sudah minta bantuanku untuk mengajaknya ke rumah. Padahal dia sendiri kuhubungi juga tak memberikan respon.
Respon diberikan setelah mendekati petang hari. Dan pesan beserta notif telepon maupun VC kulihat malam harinya.Â
Sungguh, aku membenci ayah anakku itu. Membohongi anaknya sendiri. Sebagai ibunya aku tak terima kalau dia melakukan hal itu. Bagiku, anak harus diprioritaskan dari semua kepentingan lainnya. Nyatanya ayah anakku itu tak bisa memprioritaskan anakku.Â
*
Kulihat ayah Husna masih terus meyakinkan putriku itu. Lama kelamaan Husna berontak dan berteriak. Mau tak mau ayah Husna melepas pelukannya.Â