Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Paradigma Guru sebagai Learning Manager

25 Mei 2019   05:38 Diperbarui: 25 Mei 2019   13:33 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seorang guru mengajar di salah satu SD di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara beberapa waktu lalu.(Kompas.com/Kontributor Nunukan, Sukoco)

Hal ini masih dipersulit lagi dalam penggunaan Dana BOS yang menyulitkan sekolah untuk pengadaan komputer atau laptop. Jika menarik iuran dari orangtua juga tak mungkin dan menyalahi aturan. 

Mereka tahunya sekolah itu gratis. Padahal jika gratis maka guru juga sangat terbatas memperkaya metode pembelajaran. Siswa juga tak bisa mengakses internet dalam menyiapkan kemandirian, berpikir kritis dan kreatifnya. 

Kedua, orangtua dan siswa belum siap dengan paradigma pembelajaran learning manager. 

Yang tak kalah penting, menurut pengalaman saya, para siswa belum siap untuk belajar secara mandiri. Terbukti daya membaca atau literasi siswa sangat memprihatinkan. Membaca hanya dilakukan di sekolah. 

Sementara di rumah para siswa tak mau membaca. Bahkan sekadar mengerjakan tugas pun lalai. Padahal saya pribadi tak setiap minggu memberikan tugas. Mengingat guru tak diperbolehkan terlalu banyak memberikan tugas rumah. 

Terlihat dari kasus ini bahwa siswa memang belum siap belajar mandiri di rumah. Bisa jadi orangtua ---meski tidak semuanya--- tak memantau perkembangan belajar anak ketika di rumah. Seolah mereka tak punya tanggung jawab mendidik anak. Orangtua masih menggantungkan keberhasilan dan kesuksesan belajar sang anak kepada pihak sekolah (guru). 

Saya sering merasa sedih jika ada orangtua yang seolah lepas tangan untuk memantau perkembangan belajar anak di rumah. Alangkah enaknya menjadi orangtua jika segala sesuatu yang terjadi pada anak menjadi tanggung jawab guru di sekolah. 

Padahal untuk mendidik dan mengarahkan siswa pun kadang guru menghadapi orang tua siswa yang kadang tak terima jika siswa mendapat tindakan kekerasan verbal dan non verbal. Padahal untuk pembelajaran saat ini nyaris tak ada guru yang berani bertindak keras pada siswa. 

Orangtua siswa akan protes jika anaknya dirapikan rambutnya secara "paksa" di sekolah. Saya rasa terlalu banyak kasus di mana orangtua mau ikut campur mengurusi anak di sekolah. Anehnya ketika di rumah mereka tak mendidik dan memantau sang anak dengan baik. 

Belum lagi sorotan negatif dari orangtua karena anaknya kesulitan mengerjakan UN. Guru dinilai gagal memberikan ilmu kepada sang anak. 

Malah ketika ada rumor atau mungkin wacana seorang menteri untuk mendatangkan guru dari luar negeri, hal tersebut dianggapnya sebagai angin segar bagi orangtua. Seolah guru tak berhasil mendidik anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun